Rabu, 19 September 2018

PENGALAMAN PUTING GATAL DAN BERNANAH (Bukan Topik Terlarang)

Ilustrasi Gatal pada Puting

Kali ini aku mau share salah satu penyakit yang pernah aku alamin pada tahun 2011. Waktu itu aku masih kuliah di perguruan tinggi Bandung dan untungnya kegiatan perkuliahan ga terlalu padat karena ada pekan kesenian mahasiswa.

GEJALA AWAL

Udah beberapa minggu aku ngerasa gatel di bagian (maaf) kedua putingku. Aku yang ga tahan akhirnya menggaruk bagian tersebut. Eh, semakin lama semakin gatal aja tuh dan aku semakin semangat menggaruk. Alhasil terjadi lecet dibarengi rasa perih dan gatal yang silih berganti.

Makin lama, putingku berkoreng dan keraknya tebal banget. Bentuk putingku udah ga karuan dan menurutku menjijikan. Teman sekamarku di asrama ampe ngernyit dahinya kalau aku perlihatkan area tersebut. Udah gitu keluar nanah pula. Kalo pake bra sampai lengket waktu mau dilepas. Aku telpon mamaku dan disuruh beli sofra-tulle semacam kassa tempel sama disuruh beli salep kalmicetine juga. Tapi ga kunjung sembuh.

Aku nyoba cari informasi ke mbah google, malah nyasar ke artikel indikasi tumor atau kanker payudara. Semakin ngeri, aku akhirnya memutuskan pergi ke salah satu rumah sakit negeri yang ada di Bandung. Waktu itu aku pake asuransi negeri sebut saja yang mereknya AN. Prosedurnya ga bisa langsung ke dokter spesialis kulit & kelamin, tapi harus ke internis (bagian penyakit dalam). Baru dari sana, dokter internis lah yang berhak menentukan aku bisa dilempar ke bagian apa.

Lalu, dokter ini ngasih aku obat-obatan diminum saja, kalau ga sembuh ya balik lagi. Salah satu obatnya yang kuingat itu namanya Aerius. Ternyata aku ga kunjung sembuh dan malah badanku gatal-gatal dan merah-merah (kayaknya aku alergi sama salah satu obatnya).

Aku balik lagi dan disuruh USG payudara. Bayangkan! USG payudara! Dimana area sensitif kalian akan ditekan dengan sebuah alat yang meluncur di permukaan payudara yang sudah diberi pelumas. Bayanginnya ngilu sodara-sodara!

Sepanjang tindakan USG rasanya ga nyaman dan benar aja geli dan ngilu. Dokternya juga marah-marah pula karena aku jerit-jerit dan ga bisa diam. Sayangnya, biaya tindakan USG ga di cover sama asuransi, jadi aku harus merogoh kocek sekitar beberapa ratus ribu. Agak lupa harganya mungkin 300 atau 400 gitu dan aku harus ngutang dulu sama temanku (sekarang udah lunas kok utangnya). Udahan gitu menurut hasil USG sama sekali ga ada indikasi tumor atau kanker. Cukup lega walau sedih juga udah keluar uang gede. T_T

Akhirnya dokter internis baru memutuskan aku dirujuk ke bagian spesialis kulit dan kelamin (ya ampun dari kemaren, kek). Sebelumnya dia sempet bilang ada kemungkinan harus biopsy. Buat yang ga tau biopsy itu apa, kira-kira itu tindakan pengambilan sample jaringan untuk diperiksa di laboratorium. Makin ngeri aja deh aku. Apesnya waktu itu aku ga ketemu-ketemu sama dokter spesialis kulit karena kesorean lah, dokternya cuti lah, ini lah itu lah. Badanku mana panas dingin, kudu naik angkot, naik turun tangga asrama. Intinya Hayati udah lelah menunggu dan memutuskan untuk menyebar rahasia kepada semua orang yang ditemui dengan harapan dapat solusi.

Mereka suruh aku pake beha bidadari lah (benda apa itu??). Terus abon ikanku diambil seseorang karena dia bilang “Kamu lagi ga bisa makan ini kan? Buat saya saja, ya?” ada juga yang bercandain “Garuk aja pake pisau!” (oke yang ini udah ga lucu) dan masih banyak nasehat menyesatkan lainnya.


PULANG KE RUMAH DAN BEROBAT KE DOKTER LAIN

Singkat cerita. Aku menderita selama kurang lebih dua minggu, klo ngampus kadang aku ampe ga pake bra dan nunduk-nunduk malu takut ada yang tahu. Akhirnya aku pulang ke rumah di Tangsel dan dibawa berobat ke klinik dekat rumahku. Sama dokter yang ini aku disuruh kompres bagian areola menggunakan kassa dan rivanol sampai korengnya lembek dan bisa dikupas. Kata bu dokter korengnya emang harus dikupas karena itu penyebab nanahnya.

Setelah aku lakukan saran bu dokter, kukira aku udah nemu dokter penyelamatku. Tapi ternyata korengku ga sembuh-sembuh. Aku sampai nangis-nangis karena putus asa, karena aku pikir sampai dua orang dokter bahkan ga bisa bantu aku sembuh.


AWAL KESEMBUHAN

Benoson-N,
Salep Penyelamatku
Tiba-tiba mamaku nyodorin sebuah salep yang harganya cuma 10 ribu. Mereknya Benoson N. Aku yang udah putus asa dan pergi ke dokter bolak balik ya mana yakin pake salep murmer begitu bisa sembuh. Dengan berat hati aku tetap ngolesin salep itu walau sebenarnya udah hopeless banget. Tak disangka-sangka pemirsah! Ternyata dalam beberapa jam saja saya langsung merasakan efeknya! Koreng yang selama berminggu-minggu menebal dan retak-retak bernanah berangsur-angsur jadi lembek.

Menurut aturan pakai, aku harus pakai 3 kali sehari untuk pengobatan. Ya, kuturutin aja petunjuknya. Hanya dalam sehari rasa gatal dan perih reda seketika. Besoknya aku udah bisa pake bra dengan nyaman.

Demikian pengalaman dari saya wahai para pembaca yang budiman. Penyakit yang saya kira awalnya adalah santet, ternyata bisa sembuh dengan salep seharga 10 ribu rupiah saja. Katanya sih penyakit ini emang sering dialamin sama orang yang punya riwayat alergi (kebetulan aku memang punya alergi).


Ohya, penyakit ini juga masih suka balik lagi kalo musim kemarau XD tapi ya aku punya senjatanya, yaitu pake salep yang ada kandungan betamethasone-nya. Dulu pernah juga sempat konsul ke rumah sakit negeri yang ada di Jakarta Selatan dan dikasih dua jenis salep (aku lupa satunya merek apa), tapi yang satunya merek ezerra (ada gambar boneka beruangnya). Aku sempat mikir seandainya aku ketemu dokter ini duluan mungkin aku ga perlu keluar uang banyak dan menderita berminggu-minggu. Oke, deh sekian dulu informasi dari aku. Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian yang sedang mengalami hal sama. Salam sehat! (Ai)

1 komentar:

  1. Jadi salepnya lebih baik yang mana ka yang dipake. Saya sepertinya lagi merasakan hal yang samaa

    BalasHapus