Official Poster |
Setelah saya menontonnya, ternyata Ocean's Eight tidak seburuk itu. Sebagaimana genre thriller kriminal kebanyakan,
film yang bertabur aktris-aktris tenar ini dipenuhi adegan tipu muslihat yang terus-terusan membangkitkan rasa
tegang sekaligus penasaran. Meskipun bertema kriminal, Ocean’s Eight digarap dengan lembut tanpa harus menonjolkan adegan kejar-kejaran atau tembak-tembakan yang biasanya menghias tiap judul film kejahatan
Hollywood. Boleh juga jika dibilang keterlibatan geng cewe malah membuat film
ini terlihat unik.
Tetapi di balik itu semua, entah kenapa tetap ada yang
mengganjal di pikiran. Setelah menonton hampir separuh film, saya pun jadi yakin
kalau Ocean’s Eight menyimpan misi
propaganda isu yang belakangan ini sedang populer di Hollywood. Bukan, tak
hanya isu emansipasi perempuan, tetapi juga kecenderungan feminisme Hollywood yang
dibalut nuansa glamor dan perilaku konsumeris. Saya pribadi kurang nge-fans dengan
gaya feminis ala artis Amerika, apa lagi konsumerisme perempuan, malah cenderung membenci.
PARA PEREMPUAN PENCURI
Masih mengikuti tradisi seri Ocean, Ocean’s Eight juga bertutur tentang curi-mencuri. Kali ini yang
harus dicuri adalah sebuah kalung berlian mewah yang dipinjamkan oleh Cartier
kepada artis Daphne Kluger (Anne Hathaway), untuk di-endorse (dipakai) dalam perhelatan akbar Met Gala. Met Gala sendiri
merupakan event asli tahunan yang diselenggarakan oleh majalah Vogue dan
dihadiri undangan penting dari kalangan artis dan dunia fashion.
Kalung Touissant incaran sepanjang film |
Pada fase pembukaan film, diketahui bahwa Debbie
Ocean (Sandra Bullock), sang pemimpin geng merupakan adik Daniel Ocean (George Clooney) dari
seri Ocean sebelumnya. Dibantu oleh Lou (Cate Blanchett), sahabatnya sekaligus seorang pengoplos minuman keras, Debbie yang kala itu baru keluar dari penjara berusaha
merekrut orang-orang dengan keahlian khusus untuk membantu aksinya mencuri kalung berlian Touissant dari leher Daphne. Sayangnya, plot cerita ini terkesan hanya menyadur dari plot film Ocean's Eleven.
Kendati demikian, Ocean's Eight tetap berupaya memberi sentuhan baru dengan memasukan sudut padang perempuan sebagai pemeran utama. Ketika Lou mengusulkan untuk merekrut laki-laki ke dalam
tim mereka, Dabbie malah menolak. Menurut Debbie, dalam aksi kriminal laki-laki
cenderung diwaspadai. Sebaliknya, tidak ada yang menggubris perempuan. Setelah Lou, kemudian bergabung Rose Weil (Helena Bonham
Carter), desainer terkenal yang depresi lantaran terlilit hutang dan kasus penggelapan pajak. Nine Ball
(Rihanna), hacker perempuan kenalan Lou. Tammy (Sarah Paulson), ibu
rumah tangga mantan penyelundup barang-barang mewah dari luar negeri. Lalu, mereka
juga merekrut ahli berlian bernama Amita (Mindy Kaling) dan seorang pencopet
bernama Constance (Awkwafina).
IKLAN BERJALAN
Ocean's Eight tengah menyusun rencana pencurian |
Di luar narasi emansipasi yang membuat film ini makin
menarik, sebenarnya Ocean’s Eight
membawa misi lain yang menurut saya agak “jahat”. Film besutan
sutradara/penulis naskah Gary Ross ini menunjukan betapa perempuan harus mensyukuri bahwa mereka adalah seorang pembelanja ulung, meski harus melanggar hukum sekalipun. Tak hanya itu, produk
placement kosmetik dan referensi yang mengarah kepada berlian Cartier dan lifestyle
glamour khas majalah Vogue digelar menjejali sepanjang film.
Ocean’s Eight nampaknya memang sekedar ingin mengangkat nilai hidup glamour selebriti Hollywood yang disamarkan menjadi film thriler kriminal. Layaknya Met Gala sungguhan, film ini juga menampilkan parade cameo selebriti-selebriti ternama seperti Kim Kadarshian, Heidi Klum, Katie Holmes, Dakota Fanning, Serena Williams, dkk. Semuanya berdandan mewah khas acara red carpet.
Ocean’s Eight nampaknya memang sekedar ingin mengangkat nilai hidup glamour selebriti Hollywood yang disamarkan menjadi film thriler kriminal. Layaknya Met Gala sungguhan, film ini juga menampilkan parade cameo selebriti-selebriti ternama seperti Kim Kadarshian, Heidi Klum, Katie Holmes, Dakota Fanning, Serena Williams, dkk. Semuanya berdandan mewah khas acara red carpet.
Sayangnya, semua narasi kemewahan ini tidak diakhiri dengan resolusi
yang memuaskan. Seolah perempuan-perempuan utama dalam kisah ini memang tidak
pernah mempertanyakan simbol-simbol kemewahan yang selama ini memaksa mereka
menjadi seorang kriminal dan pandai tipu muslihat demi mendapatkan ketenangan hidup sesuai standar masyarakat kelas atas.
Debbie menunjukan kepiawaiannya mencuri kosmetik |
Padahal, ideologi seorang Debbie Ocean sendiri sangat
menarik untuk digali, mengingat ia tidak mencuri demi mendapatkan uang. Sesaat
sebelum operasi pencurian dimulai, Debbie mengatakan kepada girl’s squad-nya bahwa mereka tidak
melakukan hal tersebut untuk diri sendiri, melainkan untuk seorang anak
perempuan berusia 8 tahun yang bermimpi menjadi seorang kriminal. Saya rasa,
Debbie sedang berbicara tentang masa kecilnya sendiri.
Meskipun dialog tersebut cukup membekas, tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Tidak ada momen flashback tentang masa kecil Debbie atau alasan kenapa dia mencuri. Penonton justru diarahkan agar memahami bahwa Debbie melakukan pencurian itu lantaran dendam kepada mantan pacarnya yang bernama Claude Becker (Richard Armitage) yang dahulu pernah menjebaknya hingga masuk penjara.
Meskipun dialog tersebut cukup membekas, tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Tidak ada momen flashback tentang masa kecil Debbie atau alasan kenapa dia mencuri. Penonton justru diarahkan agar memahami bahwa Debbie melakukan pencurian itu lantaran dendam kepada mantan pacarnya yang bernama Claude Becker (Richard Armitage) yang dahulu pernah menjebaknya hingga masuk penjara.
FEMINISME HOLLYWOOD
Sejak
Taylor Swift membuat istilah girl’s squad
mendunia, geng cewe selebriti Amerika memang sudah identik dengan kampanye pro feminisme.
Perempuan-perempuan ini membentuk kelompok demi mengenyahkan stereotipe gender
yang selama ini merugikan perempuan dalam industri hiburan. Saya rasa, ini memang
merupakan satu upaya yang bagus, pada awalnya.
Debbie bersama girl's squad-nya yang glamour |
Lama
kelamaan, saya jadi agak risi melihat geng cewe dalam tradisi Hollywood. Sebab,
geng cewe berpaham feminis terkesan digambarkan suka memusuhi laki-laki, baik
dalam musik atau film. Representasi media feminis semacam ini acap kali berusaha
menghapus kehadiran laki-laki dan menggantinya dengan perempuan. Ide semacam
ini bisa dilihat dalam pameran lukisan “Penciptaan Adam” karya Michelangelo pada
video klip Ariana Grande "God is A
Woman" yang dibuat ulang dengan menggunakan figur-figur perempuan. Ocean’s Eight sendiri juga membawakan ide
serupa melalui adegan di mana saat Dabbie dan Tammy berkunjung ke Museum Seni Metropolitan di New York untuk mengetes sistem keamanan museum, mereka sempat-sempatnya
memasang replika lukisan George Washington karya Emanuel Leutze yang diganti wajah dan perawakannya
menjadi perempuan. Motif utama aksi Debbie dalam Ocean’s Eight lantas juga menjadi agak cheesy setelah terkuak bahwa semua itu hanya akibat dendam kepada
laki-laki.
Emanuel Leutze "Washington Crossing the Delaware" versi Ocean's Eight |
Michelangelo "Creation of Adam" versi Ariana Grande |
Ketimbang
berkompromi dengan representasi dominan laki-laki, geng cewe dalam tradisi feminis
Amerika seolah ngotot bahwa laki-laki yang selama ini mendominasi seluruh aspek
kehidupan patut disalahkan dengan jalan menghapus mereka. Cara ini sebenarnya
sudah kuno, karena memang cara lawas sistem politik laki-laki menyingkirkan figur perempuan
sepanjang sejarah umat manusia. Jadi, sebagaimana apa yang dilakukan Debbie, mungkin memang feminisme Hollywood ada berkat rasa dendam. (Ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar