Kamis, 27 September 2018

Kekecewaan Terhadap MV ‘Kiss My Lips’ Kwon BoA

Pic Kecewa Pada MV Kiss My Lips
BoA dalam MV Kiss My Lips (2015)

Oke, sebelum mulai ngeluarin sedikit unek-unek, seperti biasa aku harus mengawali topik ini dengan sedikit pendahuluan. Disini aku tidak mengomentari bagus atau tidaknya video klip ini. Tapi, aku mau berkomentar soal penempatan karakter BoA sebagai bintang utama dalam video klip ini yang rasanya kok tidak ada bedanya dengan penari latarnya.

Meski ga ngerti bahasa Korea, dari judulnya aja aku tau lagu ini memang menjurus ke arah seductive. Pada tahun rilis MV ini (2015), usia BoA emang udah terbilang ga muda lagi di pasaran musik K-pop. Ga heran kalau karakter dewasa emang harus ditonjolkan sama wanita kelahiran 5 November 1986 ini.

Buat aku yang pernah ngefans dan cukup tahu beberapa sepak terjangnya sejak dia awal debut. Rasanya video klip ini seperti bukan bentuk penghargaan atas karirnya yang gemilang. Mungkin banyak yang ga sadar kalau BoA sebenarnya salah satu artis Korea yang telah berjasa membuka jalan bagi Kpop menuju kancah internasional. Ga heran kalau dia dapat gelar Queen of Kpop.

Di mataku sebagai orang awam, dalam video klip ini penampilan BoA begitu paripurna dan memukau. Tarian BoA cukup berbeda dari video klip sebelumnya yang kerap menampilkan skill dance tingkat dewa. Aku rasa ga ada penonjolan skill tarian dalam video klip ini, meski kita semua tahu bahwa BoA terkenal sebagai seorang dancer yang sangat mumpuni.


Gambar Kecewa Pada MV Kiss My Lips
Tetap Cantik di Usia Kepala 3


Salah Fokus

Aku melihat penari latar yang aktif yang mengitari BoA menggunakan makeup yang sama mencoloknya, berjoget sama bagusnya, dan aku bisa melihat mereka semua memiliki wajah yang cantik dan badan yang bagus, walau tentunya tidak menyaingi dari segi suara.






Inilah yang membuat aku keberatan, kenapa tampilan video klip ini terkesan seperti video girlband dimana pesona seluruh personil perlu diekspos dalam satu frame. Meski BoA tidak terlihat buruk, ketimbang bintang utama dia malah lebih mirip seperti leader dengan baju yang lebih tertutup. Aku juga kurang bisa menikmati harmoni dalam tarian ini, karena koreografi antara BoA dan penari latar cenderung sama.


cuplikan kecewa pada MV Kiss My Lips BoA



image kecewa pada MV Kiss My Lips
Gerakan Aerobik untuk Ibu2 Sosialita
Sebenarnya, rasanya banyak yang pengen aku ungkapin soal kekecewaanku pada video klip ini. Cuma aku ga nemu kata-kata yang pas buat menggambarkannya. Kira-kira itulah beberapa pendapat dari kacamataku sendiri. Mungkin orang lain memiliki pendapat yang berbeda dan tidak merasakan pemikiran yang sama. Buat aku pribadi, BoA pantas dapat porsi yang lebih dalam setiap video klipnya karena dia itu seorang Queen. (Ai) 

Sinopsis Film Hocus Pocus (1993)

Official Poster

Lagi-lagi aku mau menceritakan salah satu film masa kecilku. Judulnya, yaitu Hocus Pocus (1993). Waktu aku SD, film ini pernah ditayangkan di Indosiar pada malam hari.

Kenapa aku bahas film lama melulu? Soalnya kalau komenin film-film baru aku serahin ke Indi aja. Bukan apa-apa, dia pasti udah nonton duluan dan aku mungkin nontonnya baru beberapa tahun kemudian. 😋


Sinopsis Hocus Pocus (1993)

Oke, balik lagi ke Hocus Pocus. Film ini menceritakan seorang anak laki-laki bernama Max Dennison yang pindah dari kota Los Angeles ke kota Salem. Umumnya remaja macam Max, agak sulit menerima kenyataan terhadap perubahan lingkungan. Terlebih LA dan Salem adalah dua kota yang sudah jelas berbeda dari segi ukuran dan karakter. Sekelumit cerita yang terkenal dari Salem adalah kota dengan kepemilikan sejarah soal sihir.

Dalam film ini, warga kota Salem hidup dengan mempercayai kisah tiga saudari penyihir yang dikenal sebagai Sanderson bersaudara. Ketiga penyihir itu digantung oleh penduduk Salem sekitar 300 tahun lalu, dikarenakan suka memangsa anak kecil. Sebagai orang yang berasal dari kota besar seperti LA, tentunya Max berpandangan skeptis akan hal tersebut.

Di tengah kekesalannya terhadap semua hal yang ada di kota tersebut, Max nyatanya malah jatuh hati kepada teman sekelasnya yang bernama Allison. Pada malam Halloween, tanpa terduga Max malah menjadi dekat dengan gadis tersebut berkat Dani, adik perempuannya yang rewel.

Malam Halloween yang dilalui berbuah petaka karena Max telah menyepelekan sebuah ramalan Sanderson bersaudara tentang seorang virgin (perawan/ perjaka) yang akan menyalakan black light candle. Apesnya hal itu benar-benar telah membangkitkan ketiga wanita penyihir tersebut.


image sinopsis hocus pocus
Lilin Pengungkap Status Keperjakaan
Sebelum matahari terbit dan lilin tersebut redup, Winifred, Mary dan Sarah yang merupakan Sanderson bersaudara harus berhasil mengumpulkan anak-anak di kota Salem agar mereka bisa hidup abadi.


Tentang Film Hocus Pocus (1993)

Ini adalah film kedua masa kecilku yang menurutku agak similiar sama film Death Becomes Her (1992) yang pernah aku bahas sebelumnya Klik Disini. Keduanya sama-sama black comedy alias cerita yang harusnya ngeri, malah bikin ngocok perut. Jangan bayangin adegan hukuman mati Sanderson bersaudara bakal menyeramkan, yang ada malah pengen ketawa saking kocaknya.


gambar sinopsis hocus pocus 1993
Dicekik Gara2 Keceplosan
pic sinopsis hocus pocus (1993)
Ga Ada Sapu Terbang, Gagang Pel dan Vacuum Cleaner pun Jadi

screenshot sinopsis hocus pocus (1993)
Tiga Penyihir yang Culture Shock


Film ini disutradrai oleh Kenny Ortega yang juga pernah menyutradarai film franchise musikal berjudul High School Musical. Maka dari itu ga heran kalau film ini memiliki adegan musikal, dimana para pemeran Sanderson saudara benar-benar bernyanyi.

Soal suara, Bette Midler yang memerankan Winifred Sanderson emang paling oke punya. Ga heran juga soalnya beliau emang punya pengalaman di panggung Broadway. Diantara Sanderson bersaudara, tokoh Sarah yang diperankan oleh Sarah Jessica Parker kini lebih dikenal dengan perannya di serial TV, Sex and the City (1998 - 2004).

Hocus Pocus menjadi salah satu film yang aku simpan karena masih suka bolak balik kutonton. Ntah kenapa komedinya masih terasa cocok aja sama seleraku. Aku menyukai film ini bukan cuma karena komedinya, melainkan juga sebagai pengingat masa kecil. (Ai)

Rabu, 26 September 2018

Telat Kepincut Drama Korea Descendants of the Sun



Adegan Iconic Drama Korea Descendants of the Sun


Oke, sebelum membahas film yang biasa disingkat Dots ini, aku ingin menyampaikan sedikit pendahuluan. Dots merupakan drakor ketiga dari Song Hye Kyo yang benar-benar kusimak setelah seri Endless Love (Autumn in My Heart) dan Full House. Setelah menonton film yang berjumlah 16 episode ini aku pengen bilang, sepertinya ini adalah salah satu serial drama korea dengan budget yang terhitung besar. Ga heran sepanjang episodenya sering bersliweran produk-produk sponsor bahkan di adegan paling menegangkan sekalipun. Dimulai dari fast food, mobil canggih yang bisa nyetir sendiri, produk jahe merah seruput, aplikasi booking hotel, coffee shop, choco pie, jam tangan canggih, dan masih banyak lagi produk lainnya.

Mungkin ini bukan model cerita plot twist yang lumrah digunakan banyak drakor dewasa ini. Dots sendiri merupakan gabungan dari drama romance dan action. Untuk pertama kalinya aku baru lihat drama korea dengan tema bencana alam. Tak main-main, setting lokasinya benar-benar terlihat total dan bisa dibilang memiliki kualitas yang menyerupai film layar lebar. 

Adegan Korban yang Bikin Ngilu dan Pilu

Kisah Dots semakin terkenal dikarenakan telah mewujudkan kedua tokoh utama sebagai pasangan yang sebenarnya di dunia nyata. Pasangan tersebut dikenal di kalangan fans sebagai Song Song Couple. Aku yakin para Shawol yang merupakan fans Shinee, juga ikut antusias dengan film ini dikarenakan kehadiran Onew yang berperan sebagai Dokter Lee Chi Hun.

Kisah Dots sendiri berfokus pada percintaan dua sejoli dengan beda profesi, yaitu tentara dan dokter. Song Joong Ki berperan sebagai Kapten Yoo Si Jin, sementara Song Hye Kyo berperan sebagai Dokter Kang Moo Yeon. Meski begitu kedua profesi tersebut sama-sama memiliki sumpah yang bertujuan mengutamakan keselamatan umat manusia tanpa memandang apapun. Karena sama-sama disibukan dengan tugas dadakan, hubungan percintaan mereka nampaknya tidak berjalan mulus.

Di samping percintaan dua tokoh utama, ada pula kisah Goo Won Couple yang ga kalah bikin fans baper, yaitu Letnan Yoon Myeong Joo yang berprofesi sebagai dokter tentara (diperankan oleh aktris Kim Ji Won), dan Sersan Seo Dae Young yang diperankan oleh aktor Jin Goo. Berbeda dengan Song2 Couple, hubungan kedua tokoh ini tidak sampai berlanjut ke dunia nyata. Sersan Seo Dae Young sendiri merupakan sahabat Kapten Yoo, yang mana keduanya digambarkan sama-sama tampan dan gagah. Kehadiran keduanya kerap memberi nuansa bromance yang akhir-akhir ini sedang digandrungi oleh sejumlah kaum hawa.

Goo Won Couple yang juga Bisa Bikin jadi Dag Dig Dug

Karena memiliki genre action, ga heran kalau ada aksi menegangkan di setiap episodenya. Namun yang membuat lucu adalah saat dimana seolah semua kejadian menegangkan selalu mengikuti pasangan Kapten Yoo dan Dokter Kang. Hal ini agak mirip seperti yang dialami anime dan manga Jepang “Detective Conan” yang terkenal, karena dimana mereka berada disitu pasti ada kejadian. Mungkin sutradara menyadari hal tersebut, sehingga mencoba menjelaskan ending film ini dengan cara yang jenaka. Ending seperti itulah yang membuat Dots berbeda dari akhir cerita drama-drama korea pada umumnya.

Meskipun bagus, tapi film ini tetap saja tak lepas dari beberapa adegan klise yang sering menghinggapi banyak kisah drakor, seperti dunia selalu digambarkan begitu sempit. Kemudian aku sedikit keberatan dengan Song2 Couple yang meski dalam keadaan genting sekalipun tetap nampak bersih dan bersinar padahal dalam satu episode dijelaskan bahwa Dokter Kang sama sekali tidak sempat mandi atau keramas karena sibuk mengurus korban bencana alam. Anehnya rambut Dokter Kang nampak tetap rapih, begitu juga dengan wajah Kapten Yoo yang kesehariannya selalu berada bertugas di daerah genting dan memenuhi misi khusus. Wajahnya nampak tetap putih berseri seperti tidak pernah terjemur.

Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, tetap saja ini adalah salah satu Drama Korea yang mungkin ga bakal bisa aku lupain. Sejujurnya semakin nambah umur, aku semakin males nonton film-film drama. Tapi, serial Dots ini pengecualian deh. (Ai)

Menebak Makanan yang Ada di Iklan Gulaku Pouch 2009

Kali ini aku mau bahas salah satu iklan gulaku yang kira-kira pernah tayang tahun 2009. Dulu aku seneng banget liatin iklan ini, pokoknya kalau nonton ga mau skip iklan biar bisa nemu iklan yang satu ini. 

Iklan ini menayangkan adegan seorang koki yang tengah membuat makanan. Dengan polesan sinematografi yang mengandalkan gerakan slow motion dan fast motion, serta sound effect, iklan ini dijamin bisa bikin air liur penonton menetes karenanya.

Nah, jaman dulu aku sempat penasaran sama salah satu makanan yang ngembang gitu. Adegannya menurutku cukup menggugah selera. Kayak yang dibawah ini nih.


Waktu aku job training di salah satu hotel berbintang Jakarta, aku baru tahu kalau itu namanya Vol Au Vent. Makanan ini terbuat dari puff pastry. Adonan Puff pastry yang udah digiling tipis dicetak menggunakan cookie cutter yang berbentuk lingkaran. Kalau yang di hotel tempat aku magang dulu cutternya kebetulan bergerigi bagian pinggirnya (fluted cookie cutter). 

Round Cookie Cutter
Fluted Cookie Cutter


Jadi cara buatnya cuma dicetak dengan alat tersebut. Adonan untuk satu vol au vent dibagi menjadi dua. Yang pertama bulat polos, sementara yang kedua bagian tengahnya dibolongin lagi dengan small cutter, sehingga bentuknya mirip seperti donat atau cincin. Nah, kedua adonan tersebut lalu ditimpa, dimana adonan yang berbentuk donat/ cincin diletakan paling atas. Setelahnya adonan di panggang dan akan mengembang cantik seperti di iklan gulaku.

SajianVol Au Vent dengan Isian Salad Ayam
Nah, bagian yang berlubang itu gunanya buat isiannya. Isinya sendiri bisa manis atau gurih. Kalau dulu waktu di hotel aku biasanya ngisi pake pastry cream/ custard cream atau yang umumnya sering disebut vla. Sedangkan yang asin diisi dengan krim keju yang terbuat dari emmental cheese (bentuk kejunya bolong-bolong). Bisa juga diisi dengan jenis sayur-sayuran yang dicampur tuna dan mayonaise. Soal rasa, baik yang manis atau asin, dua-duanya sama enak menurutku (emang dasar doyan makan).

Oke demikian tulisan dari aku. Semoga tulisan ini bisa menghibur dan menambah wawasan bagi kalian yang belum tahu nama makanan ini sebelumnya. (Ai)

Minggu, 23 September 2018

Ocean’s Eight: Film Propaganda Tentang Konsumerisme dan Feminisme Ala Hollywood

Official Poster
Sudah hampir empat bulan berlalu sejak film Ocean’s Eight dirilis ke bioskop pada Juni 2018. Sejak saat itu pula, film bergenre heist ini selalu mengundang tanya saya. Seberapa bagus film yang berusaha menjejalkan figur-figur perempuan menggantikan geng asli Ocean dari film Ocean’s Eleven (1960, 2001) yang didominasi laki-laki? Saya sempat skeptis, karena film Ghostbuster (2016) yang juga menonjolkan perempuan untuk menggantikan geng klasik pria-pria pemburu hantu nampaknya tidak terlalu memuaskan.

Setelah saya menontonnya, ternyata Ocean's Eight tidak seburuk itu. Sebagaimana genre thriller kriminal kebanyakan, film yang bertabur aktris-aktris tenar ini dipenuhi adegan tipu muslihat yang terus-terusan membangkitkan rasa tegang sekaligus penasaran. Meskipun bertema kriminal, Ocean’s Eight digarap dengan lembut tanpa harus menonjolkan adegan kejar-kejaran atau tembak-tembakan yang biasanya menghias tiap judul film kejahatan Hollywood. Boleh juga jika dibilang keterlibatan geng cewe malah membuat film ini terlihat unik.

Tetapi di balik itu semua, entah kenapa tetap ada yang mengganjal di pikiran. Setelah menonton hampir separuh film, saya pun jadi yakin kalau Ocean’s Eight menyimpan misi propaganda isu yang belakangan ini sedang populer di Hollywood. Bukan, tak hanya isu emansipasi perempuan, tetapi juga kecenderungan feminisme Hollywood yang dibalut nuansa glamor dan perilaku konsumeris. Saya pribadi kurang nge-fans dengan gaya feminis ala artis Amerika, apa lagi konsumerisme perempuan, malah cenderung membenci.

PARA PEREMPUAN PENCURI

Masih mengikuti tradisi seri Ocean, Ocean’s Eight juga bertutur tentang curi-mencuri. Kali ini yang harus dicuri adalah sebuah kalung berlian mewah yang dipinjamkan oleh Cartier kepada artis Daphne Kluger (Anne Hathaway), untuk di-endorse (dipakai) dalam perhelatan akbar Met Gala. Met Gala sendiri merupakan event asli tahunan yang diselenggarakan oleh majalah Vogue dan dihadiri undangan penting dari kalangan artis dan dunia fashion.

Kalung Touissant incaran sepanjang film
Pada fase pembukaan film, diketahui bahwa Debbie Ocean (Sandra Bullock), sang pemimpin geng merupakan adik Daniel Ocean (George Clooney) dari seri Ocean sebelumnya. Dibantu oleh Lou (Cate Blanchett), sahabatnya sekaligus seorang pengoplos minuman keras, Debbie yang kala itu baru keluar dari penjara berusaha merekrut orang-orang dengan keahlian khusus untuk membantu aksinya mencuri kalung berlian Touissant dari leher Daphne. Sayangnya, plot cerita ini terkesan hanya menyadur dari plot film Ocean's Eleven.

Kendati demikian, Ocean's Eight tetap berupaya memberi sentuhan baru dengan memasukan sudut padang perempuan sebagai pemeran utama. Ketika Lou mengusulkan untuk merekrut laki-laki ke dalam tim mereka, Dabbie malah menolak. Menurut Debbie, dalam aksi kriminal laki-laki cenderung diwaspadai. Sebaliknya, tidak ada yang menggubris perempuan. Setelah Lou, kemudian bergabung Rose Weil (Helena Bonham Carter), desainer terkenal yang depresi lantaran terlilit hutang dan kasus penggelapan pajak. Nine Ball (Rihanna), hacker perempuan kenalan Lou. Tammy (Sarah Paulson), ibu rumah tangga mantan penyelundup barang-barang mewah dari luar negeri. Lalu, mereka juga merekrut ahli berlian bernama Amita (Mindy Kaling) dan seorang pencopet bernama Constance (Awkwafina).

Ocean's Eight tengah menyusun rencana pencurian
IKLAN BERJALAN

Di luar narasi emansipasi yang membuat film ini makin menarik, sebenarnya Ocean’s Eight membawa misi lain yang menurut saya agak “jahat”. Film besutan sutradara/penulis naskah Gary Ross ini menunjukan betapa perempuan harus mensyukuri bahwa mereka adalah seorang pembelanja ulung, meski harus melanggar hukum sekalipun. Tak hanya itu, produk placement kosmetik dan referensi yang mengarah kepada berlian Cartier dan lifestyle glamour khas majalah Vogue digelar menjejali sepanjang film.

Ocean’s Eight nampaknya memang sekedar ingin mengangkat nilai hidup glamour selebriti Hollywood yang disamarkan menjadi film thriler kriminal. Layaknya Met Gala sungguhan, film ini juga menampilkan parade cameo selebriti-selebriti ternama seperti Kim Kadarshian, Heidi Klum, Katie Holmes, Dakota Fanning, Serena Williams, dkk. Semuanya berdandan mewah khas acara red carpet.

Sayangnya, semua narasi kemewahan ini tidak diakhiri dengan resolusi yang memuaskan. Seolah perempuan-perempuan utama dalam kisah ini memang tidak pernah mempertanyakan simbol-simbol kemewahan yang selama ini memaksa mereka menjadi seorang kriminal dan pandai tipu muslihat demi mendapatkan ketenangan hidup sesuai standar masyarakat kelas atas.

Debbie menunjukan kepiawaiannya mencuri kosmetik
Padahal, ideologi seorang Debbie Ocean sendiri sangat menarik untuk digali, mengingat ia tidak mencuri demi mendapatkan uang. Sesaat sebelum operasi pencurian dimulai, Debbie mengatakan kepada girl’s squad-nya bahwa mereka tidak melakukan hal tersebut untuk diri sendiri, melainkan untuk seorang anak perempuan berusia 8 tahun yang bermimpi menjadi seorang kriminal. Saya rasa, Debbie sedang berbicara tentang masa kecilnya sendiri.

Meskipun dialog tersebut cukup membekas, tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Tidak ada momen flashback tentang masa kecil Debbie atau alasan kenapa dia mencuri. Penonton justru diarahkan agar memahami bahwa Debbie melakukan pencurian itu lantaran dendam kepada mantan pacarnya yang bernama Claude Becker (Richard Armitage) yang dahulu pernah menjebaknya hingga masuk penjara.

FEMINISME HOLLYWOOD

Sejak Taylor Swift membuat istilah girl’s squad mendunia, geng cewe selebriti Amerika memang sudah identik dengan kampanye pro feminisme. Perempuan-perempuan ini membentuk kelompok demi mengenyahkan stereotipe gender yang selama ini merugikan perempuan dalam industri hiburan. Saya rasa, ini memang merupakan satu upaya yang bagus, pada awalnya.

Debbie bersama girl's squad-nya yang glamour
Lama kelamaan, saya jadi agak risi melihat geng cewe dalam tradisi Hollywood. Sebab, geng cewe berpaham feminis terkesan digambarkan suka memusuhi laki-laki, baik dalam musik atau film. Representasi media feminis semacam ini acap kali berusaha menghapus kehadiran laki-laki dan menggantinya dengan perempuan. Ide semacam ini bisa dilihat dalam pameran lukisan “Penciptaan Adam” karya Michelangelo pada video klip Ariana Grande "God is A Woman" yang dibuat ulang dengan menggunakan figur-figur perempuan. Ocean’s Eight sendiri juga membawakan ide serupa melalui adegan di mana saat Dabbie dan Tammy berkunjung ke Museum Seni Metropolitan di New York untuk mengetes sistem keamanan museum, mereka sempat-sempatnya memasang replika lukisan George Washington karya Emanuel Leutze yang diganti wajah dan perawakannya menjadi perempuan. Motif utama aksi Debbie dalam Ocean’s Eight lantas juga menjadi agak cheesy setelah terkuak bahwa semua itu hanya akibat dendam kepada laki-laki.

Emanuel Leutze "Washington Crossing the Delaware" versi Ocean's Eight
Michelangelo "Creation of Adam" versi Ariana Grande
Ketimbang berkompromi dengan representasi dominan laki-laki, geng cewe dalam tradisi feminis Amerika seolah ngotot bahwa laki-laki yang selama ini mendominasi seluruh aspek kehidupan patut disalahkan dengan jalan menghapus mereka. Cara ini sebenarnya sudah kuno, karena memang cara lawas sistem politik laki-laki menyingkirkan figur perempuan sepanjang sejarah umat manusia. Jadi, sebagaimana apa yang dilakukan Debbie, mungkin memang feminisme Hollywood ada berkat rasa dendam. (Ind)

Sabtu, 22 September 2018

Film The Walk (2015), Meniti Impian di Puncak Dunia

Official Poster

Waktu Indi ngasih film ini, dia hanya bilang kalau ini adalah kisah nyata. Sejujurnya perkataan tersebut tidak begitu membangkitkan minatku untuk menonton karena kedengarannya film ini akan sangat membosankan. Terlebih dengan durasinya yang nyaris dua jam. Dari covernya bisa dilihat sepertinya ini memang berkisah tentang artis akrobatik yang menaklukan dua buah gedung pencakar langit diatas seutas tali.

Akhirnya pada suatu waktu, aku menyempatkan diri untuk menonton film ini dengan penuh konsentrasi. Diluar dugaan aku malah menyukai film ini. Film ini jauh dari kata bosan yang selalu aku bayangkan. Setelah selesai menonton, aku baru tahu bahwa film ini disutradarai oleh Robert Zemeckis. Kalau dari awal aku sudah tahu bahwa beliau yang menyutradarai film ini, mungkin aku tidak akan menunda-nunda untuk menontonnya.

Film ini berkisah tentang Phillipe Petit, seorang artis akrobat asal Perancis yang memiliki ambisi untuk berjalan diatas tali secara illegal diantara dua twin tower legendaris, yaitu World Trade Center. Selain menceritakan kisah sang artis, film ini juga sekaligus untuk mengenang gedung WTC yang telah hancur pada 11 September 2001 silam. Di waktu berdirinya, bangunan tersebut memiliki masa kejayaannya sebagai bangunan tertinggi di dunia.

Pemilihan aktor Joseph Gordon-Levitt sebagai pemeran Phillipe Petit emang ga keliru. Levitt sendiri telah dilatih oleh Phillipe Petit dalam workshop delapan hari. Hal itu berbuah pada keberhasilannya untuk meniti diatas tali pada ketinggian 10 kaki.

Phillipe Petit diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt
Berjalan diatas tali bukanlah hal yang mudah, butuh keseimbangan, konsentrasi serta persiapan mental untuk melakukannya. Semua itu tidak terlepas dari pikiran yang positif. Hal itulah yang mungkin berusaha ditanamkan oleh sang legenda akrobat kepada semua orang. Tentunya yang memukau dari film ini adalah dukungan teknologi sinema 3D dan IMAX yang membuat kita seolah-olah ikut merasakannya. Sangat disayangkan aku tidak menontonnya di bioskop. Film ini pastinya akan sangat terasa indah sekaligus menegangkan jika ditonton dengan layar yang besar.

Meskipun memiliki durasi dua jam, Robert Zemeckis benar-benar pandai mengemas keseluruhan perjalanan sang artis dengan baik dan mudah dinikmati. Levitt selaku bintang utama dibiarkan menjadi seorang narator yang mengisahkan perjalanan tersebut dengan gaya bicara yang interaktif. Penceritaannya nampak tak bertele-tele. Semua adegan terlihat mengalir begitu saja.

Klimaks yang paling ditunggu dalam film ini adalah saat pelaksanaan eksekusi rencana yang sudah dipersiapkan selama kurang lebih enam tahun ini. Pada tahun 1974, Phillipe Petit benar-benar mewujudkan penitiannya diatas langit. Ambisi seorang Petit menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa tidak ada satu hal pun yang tak bisa digapai jika kita mau berusaha dan pantang menyerah. Ada begitu banyak kendala yang ditemuinya, tetapi karena kegigihannya ia berhasil mengatasi hal tersebut meskipun harus diiringi resiko baru lagi.

Meniti Tali di Puncak Dunia
Seandai Indi tak pernah memberitahu atau mungkin aku tak pernah menyimak bagian pembuka film ini, mungkin aku tidak akan pernah tahu bahwa ini adalah kisah nyata. Kisah ini terkesan fiktif namun sebagian besar kejadian memang benar adanya. Dimulai dari menyamar sebagai pekerja konstruksi, aksi telanjang bulat, kaki yang terinjak paku dan masih banyak lagi. Tapi menurutku disitulah letak kesuksesan seorang Robert Zemeckis dalam menyutradarai fim ini. Ia mampu meramu film ini menjadi tontonan yang menarik dan jauh dari kata bosan, sehingga penonton bisa larut dalam ceritanya. (Ai)

Sup Mirip Teh di Film Rosemary’s Baby (1968)



Kali ini aku mau bahas salah satu makanan dari film horor Rosemary’s Baby yang rilis tahun 1968. Mungkin film ini emang udah jadul banget dan pemainnya sekarang udah pada tuir banget. Tapi tetap aja, menurut aku ini adalah salah satu film terbaik sepanjang masa. Aku yakin, para pecinta film pasti masih banyak yang memburu film ini.

Aku mau nunjukin salah satu adegan hidangan yang diberikan ke Rosemary pasca melahirkan. Dalam satu nampan kelihatan tersaji dua potong roti bakar yang dibelah secara horizontal bersama semangkuk sup berwarna coklat kemerahan. Sepintas kelihatannya seperti air teh. Perasaan aku sering nemu menu sup semacam ini di beberapa film bule. Kali-kali ada orang lain yang sama penasarannya.

Salah Satu Cuplikan Sup Mirip Teh
Buat yang profesinya koki atau chef di restoran dan hotel berbintang mungkin bisa langsung nebak namanya apaan. Begitu juga dengan beberapa murid dan mahasiswa/i yang pernah kuliah tata boga dan food & beverage. Soalnya makanan ini tuh salah satu basic soup yang wajib dipelajari, yaitu consommé soup.

Consommé asalnya dari negara Perancis. Dibuat dari saripati tulang/ daging (umumnya ayam atau sapi), bawang putih, thyme, mirepoix (seledri, bombay dan wortel), putih telur, serta beberapa bahan tambahan lainnya supaya rasa, warna dan aromanya makin oke.

Semua bahan direbus dengan besaran temperatur api yang berbeda-beda supaya saripatinya keluar dan airnya ga keruh. Setelah itu, sup disaring dan siap pakai. Sop yang satu ini bisa juga disimpan di lemari pendingin buat diolah lain waktu.

Nah, kebetulan nih dalam film ini si Rosemary kan emang didiagnosa mengalami postpartum. Itu loh semacam kondisi depresi berat setelah melahirkan. Emang katanya untuk orang dengan kondisi begitu harus dikasih makanan yang bergizi dan mudah dicerna. Makanya sup consommé ini emang pas banget buat doi yang kerjaannya was-was sama histeris melulu di sepanjang film.

Oke deh, sampai disini dulu. Semoga tulisan ini cukup menghibur dan menambah sedikit wawasan di bidang kuliner. Jangan lupa filmnya ditonton, biar tahu keseruan ceritanya. (Ai)

Rabu, 19 September 2018

PENGALAMAN PUTING GATAL DAN BERNANAH (Bukan Topik Terlarang)

Ilustrasi Gatal pada Puting

Kali ini aku mau share salah satu penyakit yang pernah aku alamin pada tahun 2011. Waktu itu aku masih kuliah di perguruan tinggi Bandung dan untungnya kegiatan perkuliahan ga terlalu padat karena ada pekan kesenian mahasiswa.

GEJALA AWAL

Udah beberapa minggu aku ngerasa gatel di bagian (maaf) kedua putingku. Aku yang ga tahan akhirnya menggaruk bagian tersebut. Eh, semakin lama semakin gatal aja tuh dan aku semakin semangat menggaruk. Alhasil terjadi lecet dibarengi rasa perih dan gatal yang silih berganti.

Makin lama, putingku berkoreng dan keraknya tebal banget. Bentuk putingku udah ga karuan dan menurutku menjijikan. Teman sekamarku di asrama ampe ngernyit dahinya kalau aku perlihatkan area tersebut. Udah gitu keluar nanah pula. Kalo pake bra sampai lengket waktu mau dilepas. Aku telpon mamaku dan disuruh beli sofra-tulle semacam kassa tempel sama disuruh beli salep kalmicetine juga. Tapi ga kunjung sembuh.

Aku nyoba cari informasi ke mbah google, malah nyasar ke artikel indikasi tumor atau kanker payudara. Semakin ngeri, aku akhirnya memutuskan pergi ke salah satu rumah sakit negeri yang ada di Bandung. Waktu itu aku pake asuransi negeri sebut saja yang mereknya AN. Prosedurnya ga bisa langsung ke dokter spesialis kulit & kelamin, tapi harus ke internis (bagian penyakit dalam). Baru dari sana, dokter internis lah yang berhak menentukan aku bisa dilempar ke bagian apa.

Lalu, dokter ini ngasih aku obat-obatan diminum saja, kalau ga sembuh ya balik lagi. Salah satu obatnya yang kuingat itu namanya Aerius. Ternyata aku ga kunjung sembuh dan malah badanku gatal-gatal dan merah-merah (kayaknya aku alergi sama salah satu obatnya).

Aku balik lagi dan disuruh USG payudara. Bayangkan! USG payudara! Dimana area sensitif kalian akan ditekan dengan sebuah alat yang meluncur di permukaan payudara yang sudah diberi pelumas. Bayanginnya ngilu sodara-sodara!

Sepanjang tindakan USG rasanya ga nyaman dan benar aja geli dan ngilu. Dokternya juga marah-marah pula karena aku jerit-jerit dan ga bisa diam. Sayangnya, biaya tindakan USG ga di cover sama asuransi, jadi aku harus merogoh kocek sekitar beberapa ratus ribu. Agak lupa harganya mungkin 300 atau 400 gitu dan aku harus ngutang dulu sama temanku (sekarang udah lunas kok utangnya). Udahan gitu menurut hasil USG sama sekali ga ada indikasi tumor atau kanker. Cukup lega walau sedih juga udah keluar uang gede. T_T

Akhirnya dokter internis baru memutuskan aku dirujuk ke bagian spesialis kulit dan kelamin (ya ampun dari kemaren, kek). Sebelumnya dia sempet bilang ada kemungkinan harus biopsy. Buat yang ga tau biopsy itu apa, kira-kira itu tindakan pengambilan sample jaringan untuk diperiksa di laboratorium. Makin ngeri aja deh aku. Apesnya waktu itu aku ga ketemu-ketemu sama dokter spesialis kulit karena kesorean lah, dokternya cuti lah, ini lah itu lah. Badanku mana panas dingin, kudu naik angkot, naik turun tangga asrama. Intinya Hayati udah lelah menunggu dan memutuskan untuk menyebar rahasia kepada semua orang yang ditemui dengan harapan dapat solusi.

Mereka suruh aku pake beha bidadari lah (benda apa itu??). Terus abon ikanku diambil seseorang karena dia bilang “Kamu lagi ga bisa makan ini kan? Buat saya saja, ya?” ada juga yang bercandain “Garuk aja pake pisau!” (oke yang ini udah ga lucu) dan masih banyak nasehat menyesatkan lainnya.


PULANG KE RUMAH DAN BEROBAT KE DOKTER LAIN

Singkat cerita. Aku menderita selama kurang lebih dua minggu, klo ngampus kadang aku ampe ga pake bra dan nunduk-nunduk malu takut ada yang tahu. Akhirnya aku pulang ke rumah di Tangsel dan dibawa berobat ke klinik dekat rumahku. Sama dokter yang ini aku disuruh kompres bagian areola menggunakan kassa dan rivanol sampai korengnya lembek dan bisa dikupas. Kata bu dokter korengnya emang harus dikupas karena itu penyebab nanahnya.

Setelah aku lakukan saran bu dokter, kukira aku udah nemu dokter penyelamatku. Tapi ternyata korengku ga sembuh-sembuh. Aku sampai nangis-nangis karena putus asa, karena aku pikir sampai dua orang dokter bahkan ga bisa bantu aku sembuh.


AWAL KESEMBUHAN

Benoson-N,
Salep Penyelamatku
Tiba-tiba mamaku nyodorin sebuah salep yang harganya cuma 10 ribu. Mereknya Benoson N. Aku yang udah putus asa dan pergi ke dokter bolak balik ya mana yakin pake salep murmer begitu bisa sembuh. Dengan berat hati aku tetap ngolesin salep itu walau sebenarnya udah hopeless banget. Tak disangka-sangka pemirsah! Ternyata dalam beberapa jam saja saya langsung merasakan efeknya! Koreng yang selama berminggu-minggu menebal dan retak-retak bernanah berangsur-angsur jadi lembek.

Menurut aturan pakai, aku harus pakai 3 kali sehari untuk pengobatan. Ya, kuturutin aja petunjuknya. Hanya dalam sehari rasa gatal dan perih reda seketika. Besoknya aku udah bisa pake bra dengan nyaman.

Demikian pengalaman dari saya wahai para pembaca yang budiman. Penyakit yang saya kira awalnya adalah santet, ternyata bisa sembuh dengan salep seharga 10 ribu rupiah saja. Katanya sih penyakit ini emang sering dialamin sama orang yang punya riwayat alergi (kebetulan aku memang punya alergi).


Ohya, penyakit ini juga masih suka balik lagi kalo musim kemarau XD tapi ya aku punya senjatanya, yaitu pake salep yang ada kandungan betamethasone-nya. Dulu pernah juga sempat konsul ke rumah sakit negeri yang ada di Jakarta Selatan dan dikasih dua jenis salep (aku lupa satunya merek apa), tapi yang satunya merek ezerra (ada gambar boneka beruangnya). Aku sempat mikir seandainya aku ketemu dokter ini duluan mungkin aku ga perlu keluar uang banyak dan menderita berminggu-minggu. Oke, deh sekian dulu informasi dari aku. Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian yang sedang mengalami hal sama. Salam sehat! (Ai)

Selasa, 18 September 2018

Menebak Nama Makanan di Film Wallace and Gromit dan Shaun the Sheep


 Menu Bangers and Mash

Pernah ga sih kalian merasa penasaran sama makanan yang ada di suatu film baik animasi atau live action? Jika pernah, maka kalian sama dengan aku yang sempat penasaran dengan kesamaan menu di serial TV Shaun the Sheep berjudul The Magpie (season 2, episode 31) dan Wallace and Gromit: a Matter of Loaf and Death. Menariknya, kedua film ini memang sama-sama besutan Aardman Animations yang terkenal dengan animasi bergaya stop motion. Nah, ini yang membuat aku berpikir bahwa makanan yang dimakan Wallace dan Mr. X (Shaun the Sheep) kemungkinan ada di dunia nyata.

Mr. X (kiri) dan Wallace (kanan) sedang menyantap makanan aneh

Sepintas jika kita lihat, makanan tersebut nampak seperti sosis yang ditancap ke dalam gundukan krim. Setelah aku melakukan pencarian, sepertinya aku udah menemukan nama menu yang dimakan oleh kedua karakter tersebut, yaitu Bangers and Mash.

Menurut Wikipedia, Bangers and Mash atau yang juga dikenal Sausage and Mash adalah menu tradisional di Inggris Raya dan Irlandia. Jenis sosisnya bisa dari daging apa saja, baik itu babi, sapi dan domba. Umumnya makanan ini disajikan bersama mash potato (kentang tumbuk) dan jenis kacang-kacangan (polong) dan disiram dengan onion gravy (sari kuah dari bawang bombay). Akan tetapi, makanan yang tampak di kedua film tersebut nampak hanya berupa sosis dan kentang tumbuk saja.

Hal lain yang menguatkan adalah Aardaman Animations merupakan studio animasi yang berasal dari Inggris, sehingga memiliki kaitan erat dengan menu yang satu ini.

Oke kira-kira begitu pembahasanku soal hidangan yang dulu sempat kukira es krim sosis itu. Semoga info kali ini cukup menghibur. (Ai)