Kamis, 27 September 2018
Sinopsis Film Hocus Pocus (1993)
Official Poster
Lagi-lagi aku mau
menceritakan salah satu film masa kecilku. Judulnya, yaitu Hocus Pocus (1993). Waktu
aku SD, film ini pernah ditayangkan di Indosiar pada malam hari.
Kenapa aku bahas film
lama melulu? Soalnya kalau komenin film-film baru aku serahin ke Indi aja.
Bukan apa-apa, dia pasti udah nonton duluan dan aku mungkin nontonnya baru
beberapa tahun kemudian. 😋
Sinopsis
Hocus Pocus (1993)
Oke, balik lagi ke
Hocus Pocus. Film ini menceritakan seorang anak laki-laki bernama Max Dennison
yang pindah dari kota Los Angeles ke kota Salem. Umumnya remaja macam Max, agak
sulit menerima kenyataan terhadap perubahan lingkungan. Terlebih LA dan Salem
adalah dua kota yang sudah jelas berbeda dari segi ukuran dan karakter. Sekelumit
cerita yang terkenal dari Salem adalah kota dengan kepemilikan sejarah soal
sihir.
Dalam film ini, warga kota
Salem hidup dengan mempercayai kisah tiga saudari penyihir yang dikenal sebagai
Sanderson bersaudara. Ketiga penyihir itu digantung oleh penduduk Salem sekitar
300 tahun lalu, dikarenakan suka memangsa anak kecil. Sebagai orang yang berasal dari
kota besar seperti LA, tentunya Max berpandangan skeptis akan hal tersebut.
Di tengah kekesalannya
terhadap semua hal yang ada di kota tersebut, Max nyatanya malah jatuh hati
kepada teman sekelasnya yang bernama Allison. Pada malam Halloween, tanpa
terduga Max malah menjadi dekat dengan gadis tersebut berkat Dani, adik
perempuannya yang rewel.
Malam Halloween yang
dilalui berbuah petaka karena Max telah menyepelekan sebuah ramalan Sanderson
bersaudara tentang seorang virgin
(perawan/ perjaka) yang akan menyalakan black
light candle. Apesnya hal itu benar-benar telah membangkitkan ketiga wanita
penyihir tersebut.
Sebelum matahari terbit
dan lilin tersebut redup, Winifred, Mary dan Sarah yang merupakan Sanderson
bersaudara harus berhasil mengumpulkan anak-anak di kota Salem agar mereka bisa
hidup abadi.
Tentang
Film Hocus Pocus (1993)
Ini adalah film kedua masa
kecilku yang menurutku agak similiar sama film Death Becomes Her (1992) yang pernah aku bahas sebelumnya Klik Disini. Keduanya sama-sama black comedy alias cerita
yang harusnya ngeri, malah bikin ngocok perut. Jangan bayangin adegan hukuman mati Sanderson bersaudara bakal menyeramkan, yang ada malah pengen ketawa
saking kocaknya.
|
Rabu, 26 September 2018
Telat Kepincut Drama Korea Descendants of the Sun
Adegan Iconic Drama Korea Descendants of the Sun |
Oke, sebelum membahas film yang
biasa disingkat Dots ini, aku ingin menyampaikan sedikit pendahuluan. Dots merupakan drakor ketiga dari Song Hye Kyo yang
benar-benar kusimak setelah seri Endless Love (Autumn in My Heart) dan Full
House. Setelah menonton film yang berjumlah 16 episode ini aku pengen bilang,
sepertinya ini adalah salah satu serial drama korea dengan budget yang terhitung besar. Ga heran sepanjang episodenya sering
bersliweran produk-produk sponsor bahkan di adegan paling menegangkan
sekalipun. Dimulai dari fast food, mobil canggih yang bisa nyetir sendiri,
produk jahe merah seruput, aplikasi booking hotel, coffee shop, choco pie, jam tangan canggih, dan masih banyak lagi
produk lainnya.
Mungkin ini bukan model cerita plot twist yang lumrah digunakan
banyak drakor dewasa ini. Dots sendiri merupakan gabungan dari drama romance dan action. Untuk pertama kalinya aku baru lihat drama korea dengan tema bencana alam. Tak
main-main, setting lokasinya benar-benar terlihat total dan bisa dibilang
memiliki kualitas yang menyerupai film layar lebar.
Adegan Korban yang Bikin Ngilu dan Pilu |
Kisah Dots semakin terkenal
dikarenakan telah mewujudkan kedua tokoh utama sebagai pasangan yang sebenarnya
di dunia nyata. Pasangan tersebut dikenal di kalangan fans sebagai Song Song Couple. Aku yakin para Shawol yang
merupakan fans Shinee, juga ikut antusias dengan film ini dikarenakan kehadiran
Onew yang berperan sebagai Dokter Lee Chi Hun.
Kisah Dots sendiri berfokus pada
percintaan dua sejoli dengan beda profesi, yaitu tentara dan dokter. Song Joong
Ki berperan sebagai Kapten Yoo Si Jin, sementara Song Hye Kyo berperan sebagai
Dokter Kang Moo Yeon. Meski begitu kedua profesi tersebut sama-sama memiliki
sumpah yang bertujuan mengutamakan keselamatan umat manusia tanpa memandang
apapun. Karena sama-sama disibukan dengan tugas dadakan, hubungan percintaan
mereka nampaknya tidak berjalan mulus.
Di samping percintaan dua tokoh
utama, ada pula kisah Goo Won Couple yang ga kalah bikin fans baper,
yaitu Letnan Yoon Myeong Joo yang berprofesi sebagai dokter tentara (diperankan
oleh aktris Kim Ji Won), dan Sersan Seo Dae Young yang diperankan oleh aktor
Jin Goo. Berbeda dengan Song2 Couple, hubungan kedua tokoh ini tidak sampai berlanjut ke dunia nyata. Sersan Seo Dae Young sendiri merupakan sahabat Kapten Yoo, yang mana
keduanya digambarkan sama-sama tampan dan gagah. Kehadiran keduanya kerap memberi
nuansa bromance yang akhir-akhir ini
sedang digandrungi oleh sejumlah kaum hawa.
Goo Won Couple yang juga Bisa Bikin jadi Dag Dig Dug |
Karena memiliki genre action, ga
heran kalau ada aksi menegangkan di setiap episodenya. Namun yang membuat lucu
adalah saat dimana seolah semua kejadian menegangkan selalu mengikuti pasangan
Kapten Yoo dan Dokter Kang. Hal ini agak mirip seperti yang dialami anime dan manga Jepang “Detective Conan” yang terkenal, karena dimana mereka
berada disitu pasti ada kejadian. Mungkin sutradara menyadari hal tersebut, sehingga
mencoba menjelaskan ending film ini dengan cara yang jenaka. Ending seperti
itulah yang membuat Dots berbeda dari akhir cerita drama-drama korea pada
umumnya.
Meskipun bagus, tapi film ini
tetap saja tak lepas dari beberapa adegan klise yang sering menghinggapi banyak
kisah drakor, seperti dunia selalu digambarkan begitu sempit. Kemudian aku
sedikit keberatan dengan Song2 Couple yang meski dalam keadaan genting
sekalipun tetap nampak bersih dan bersinar padahal dalam satu episode
dijelaskan bahwa Dokter Kang sama sekali tidak sempat mandi atau keramas karena
sibuk mengurus korban bencana alam. Anehnya rambut Dokter Kang nampak tetap
rapih, begitu juga dengan wajah Kapten Yoo yang kesehariannya selalu berada
bertugas di daerah genting dan memenuhi misi khusus. Wajahnya nampak tetap
putih berseri seperti tidak pernah terjemur.
Terlepas dari beberapa kekurangan
yang ada, tetap saja ini adalah salah satu Drama Korea yang mungkin ga bakal
bisa aku lupain. Sejujurnya semakin nambah umur, aku semakin males nonton
film-film drama. Tapi, serial Dots ini pengecualian deh. (Ai)
Menebak Makanan yang Ada di Iklan Gulaku Pouch 2009
Kali ini aku mau bahas salah satu iklan gulaku yang kira-kira pernah tayang tahun 2009. Dulu aku seneng banget liatin iklan ini, pokoknya kalau nonton ga mau skip iklan biar bisa nemu iklan yang satu ini.
Iklan ini menayangkan adegan seorang koki yang tengah membuat makanan. Dengan polesan sinematografi yang mengandalkan gerakan slow motion dan fast motion, serta sound effect, iklan ini dijamin bisa bikin air liur penonton menetes karenanya.
Nah, jaman dulu aku sempat penasaran sama salah satu makanan yang ngembang gitu. Adegannya menurutku cukup menggugah selera. Kayak yang dibawah ini nih.
Waktu aku job training di salah satu hotel berbintang Jakarta, aku baru tahu kalau itu namanya Vol Au Vent. Makanan ini terbuat dari puff pastry. Adonan Puff pastry yang udah digiling tipis dicetak menggunakan cookie cutter yang berbentuk lingkaran. Kalau yang di hotel tempat aku magang dulu cutternya kebetulan bergerigi bagian pinggirnya (fluted cookie cutter).
Round Cookie Cutter |
Fluted Cookie Cutter |
Jadi cara buatnya cuma dicetak dengan alat tersebut. Adonan untuk satu vol au vent dibagi menjadi dua. Yang pertama bulat polos, sementara yang kedua bagian tengahnya dibolongin lagi dengan small cutter, sehingga bentuknya mirip seperti donat atau cincin. Nah, kedua adonan tersebut lalu ditimpa, dimana adonan yang berbentuk donat/ cincin diletakan paling atas. Setelahnya adonan di panggang dan akan mengembang cantik seperti di iklan gulaku.
SajianVol Au Vent dengan Isian Salad Ayam |
Nah, bagian yang berlubang itu gunanya buat isiannya. Isinya sendiri bisa manis atau gurih. Kalau dulu waktu di hotel aku biasanya ngisi pake pastry cream/ custard cream atau yang umumnya sering disebut vla. Sedangkan yang asin diisi dengan krim keju yang terbuat dari emmental cheese (bentuk kejunya bolong-bolong). Bisa juga diisi dengan jenis sayur-sayuran yang dicampur tuna dan mayonaise. Soal rasa, baik yang manis atau asin, dua-duanya sama enak menurutku (emang dasar doyan makan).
Oke demikian tulisan dari aku. Semoga tulisan ini bisa menghibur dan menambah wawasan bagi kalian yang belum tahu nama makanan ini sebelumnya. (Ai)
Minggu, 23 September 2018
Ocean’s Eight: Film Propaganda Tentang Konsumerisme dan Feminisme Ala Hollywood
Official Poster |
Setelah saya menontonnya, ternyata Ocean's Eight tidak seburuk itu. Sebagaimana genre thriller kriminal kebanyakan,
film yang bertabur aktris-aktris tenar ini dipenuhi adegan tipu muslihat yang terus-terusan membangkitkan rasa
tegang sekaligus penasaran. Meskipun bertema kriminal, Ocean’s Eight digarap dengan lembut tanpa harus menonjolkan adegan kejar-kejaran atau tembak-tembakan yang biasanya menghias tiap judul film kejahatan
Hollywood. Boleh juga jika dibilang keterlibatan geng cewe malah membuat film
ini terlihat unik.
Tetapi di balik itu semua, entah kenapa tetap ada yang
mengganjal di pikiran. Setelah menonton hampir separuh film, saya pun jadi yakin
kalau Ocean’s Eight menyimpan misi
propaganda isu yang belakangan ini sedang populer di Hollywood. Bukan, tak
hanya isu emansipasi perempuan, tetapi juga kecenderungan feminisme Hollywood yang
dibalut nuansa glamor dan perilaku konsumeris. Saya pribadi kurang nge-fans dengan
gaya feminis ala artis Amerika, apa lagi konsumerisme perempuan, malah cenderung membenci.
PARA PEREMPUAN PENCURI
Masih mengikuti tradisi seri Ocean, Ocean’s Eight juga bertutur tentang curi-mencuri. Kali ini yang
harus dicuri adalah sebuah kalung berlian mewah yang dipinjamkan oleh Cartier
kepada artis Daphne Kluger (Anne Hathaway), untuk di-endorse (dipakai) dalam perhelatan akbar Met Gala. Met Gala sendiri
merupakan event asli tahunan yang diselenggarakan oleh majalah Vogue dan
dihadiri undangan penting dari kalangan artis dan dunia fashion.
Kalung Touissant incaran sepanjang film |
Pada fase pembukaan film, diketahui bahwa Debbie
Ocean (Sandra Bullock), sang pemimpin geng merupakan adik Daniel Ocean (George Clooney) dari
seri Ocean sebelumnya. Dibantu oleh Lou (Cate Blanchett), sahabatnya sekaligus seorang pengoplos minuman keras, Debbie yang kala itu baru keluar dari penjara berusaha
merekrut orang-orang dengan keahlian khusus untuk membantu aksinya mencuri kalung berlian Touissant dari leher Daphne. Sayangnya, plot cerita ini terkesan hanya menyadur dari plot film Ocean's Eleven.
Kendati demikian, Ocean's Eight tetap berupaya memberi sentuhan baru dengan memasukan sudut padang perempuan sebagai pemeran utama. Ketika Lou mengusulkan untuk merekrut laki-laki ke dalam
tim mereka, Dabbie malah menolak. Menurut Debbie, dalam aksi kriminal laki-laki
cenderung diwaspadai. Sebaliknya, tidak ada yang menggubris perempuan. Setelah Lou, kemudian bergabung Rose Weil (Helena Bonham
Carter), desainer terkenal yang depresi lantaran terlilit hutang dan kasus penggelapan pajak. Nine Ball
(Rihanna), hacker perempuan kenalan Lou. Tammy (Sarah Paulson), ibu
rumah tangga mantan penyelundup barang-barang mewah dari luar negeri. Lalu, mereka
juga merekrut ahli berlian bernama Amita (Mindy Kaling) dan seorang pencopet
bernama Constance (Awkwafina).
IKLAN BERJALAN
Ocean's Eight tengah menyusun rencana pencurian |
Di luar narasi emansipasi yang membuat film ini makin
menarik, sebenarnya Ocean’s Eight
membawa misi lain yang menurut saya agak “jahat”. Film besutan
sutradara/penulis naskah Gary Ross ini menunjukan betapa perempuan harus mensyukuri bahwa mereka adalah seorang pembelanja ulung, meski harus melanggar hukum sekalipun. Tak hanya itu, produk
placement kosmetik dan referensi yang mengarah kepada berlian Cartier dan lifestyle
glamour khas majalah Vogue digelar menjejali sepanjang film.
Ocean’s Eight nampaknya memang sekedar ingin mengangkat nilai hidup glamour selebriti Hollywood yang disamarkan menjadi film thriler kriminal. Layaknya Met Gala sungguhan, film ini juga menampilkan parade cameo selebriti-selebriti ternama seperti Kim Kadarshian, Heidi Klum, Katie Holmes, Dakota Fanning, Serena Williams, dkk. Semuanya berdandan mewah khas acara red carpet.
Ocean’s Eight nampaknya memang sekedar ingin mengangkat nilai hidup glamour selebriti Hollywood yang disamarkan menjadi film thriler kriminal. Layaknya Met Gala sungguhan, film ini juga menampilkan parade cameo selebriti-selebriti ternama seperti Kim Kadarshian, Heidi Klum, Katie Holmes, Dakota Fanning, Serena Williams, dkk. Semuanya berdandan mewah khas acara red carpet.
Sayangnya, semua narasi kemewahan ini tidak diakhiri dengan resolusi
yang memuaskan. Seolah perempuan-perempuan utama dalam kisah ini memang tidak
pernah mempertanyakan simbol-simbol kemewahan yang selama ini memaksa mereka
menjadi seorang kriminal dan pandai tipu muslihat demi mendapatkan ketenangan hidup sesuai standar masyarakat kelas atas.
Debbie menunjukan kepiawaiannya mencuri kosmetik |
Padahal, ideologi seorang Debbie Ocean sendiri sangat
menarik untuk digali, mengingat ia tidak mencuri demi mendapatkan uang. Sesaat
sebelum operasi pencurian dimulai, Debbie mengatakan kepada girl’s squad-nya bahwa mereka tidak
melakukan hal tersebut untuk diri sendiri, melainkan untuk seorang anak
perempuan berusia 8 tahun yang bermimpi menjadi seorang kriminal. Saya rasa,
Debbie sedang berbicara tentang masa kecilnya sendiri.
Meskipun dialog tersebut cukup membekas, tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Tidak ada momen flashback tentang masa kecil Debbie atau alasan kenapa dia mencuri. Penonton justru diarahkan agar memahami bahwa Debbie melakukan pencurian itu lantaran dendam kepada mantan pacarnya yang bernama Claude Becker (Richard Armitage) yang dahulu pernah menjebaknya hingga masuk penjara.
Meskipun dialog tersebut cukup membekas, tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Tidak ada momen flashback tentang masa kecil Debbie atau alasan kenapa dia mencuri. Penonton justru diarahkan agar memahami bahwa Debbie melakukan pencurian itu lantaran dendam kepada mantan pacarnya yang bernama Claude Becker (Richard Armitage) yang dahulu pernah menjebaknya hingga masuk penjara.
FEMINISME HOLLYWOOD
Sejak
Taylor Swift membuat istilah girl’s squad
mendunia, geng cewe selebriti Amerika memang sudah identik dengan kampanye pro feminisme.
Perempuan-perempuan ini membentuk kelompok demi mengenyahkan stereotipe gender
yang selama ini merugikan perempuan dalam industri hiburan. Saya rasa, ini memang
merupakan satu upaya yang bagus, pada awalnya.
Debbie bersama girl's squad-nya yang glamour |
Lama
kelamaan, saya jadi agak risi melihat geng cewe dalam tradisi Hollywood. Sebab,
geng cewe berpaham feminis terkesan digambarkan suka memusuhi laki-laki, baik
dalam musik atau film. Representasi media feminis semacam ini acap kali berusaha
menghapus kehadiran laki-laki dan menggantinya dengan perempuan. Ide semacam
ini bisa dilihat dalam pameran lukisan “Penciptaan Adam” karya Michelangelo pada
video klip Ariana Grande "God is A
Woman" yang dibuat ulang dengan menggunakan figur-figur perempuan. Ocean’s Eight sendiri juga membawakan ide
serupa melalui adegan di mana saat Dabbie dan Tammy berkunjung ke Museum Seni Metropolitan di New York untuk mengetes sistem keamanan museum, mereka sempat-sempatnya
memasang replika lukisan George Washington karya Emanuel Leutze yang diganti wajah dan perawakannya
menjadi perempuan. Motif utama aksi Debbie dalam Ocean’s Eight lantas juga menjadi agak cheesy setelah terkuak bahwa semua itu hanya akibat dendam kepada
laki-laki.
Emanuel Leutze "Washington Crossing the Delaware" versi Ocean's Eight |
Michelangelo "Creation of Adam" versi Ariana Grande |
Ketimbang
berkompromi dengan representasi dominan laki-laki, geng cewe dalam tradisi feminis
Amerika seolah ngotot bahwa laki-laki yang selama ini mendominasi seluruh aspek
kehidupan patut disalahkan dengan jalan menghapus mereka. Cara ini sebenarnya
sudah kuno, karena memang cara lawas sistem politik laki-laki menyingkirkan figur perempuan
sepanjang sejarah umat manusia. Jadi, sebagaimana apa yang dilakukan Debbie, mungkin memang feminisme Hollywood ada berkat rasa dendam. (Ind)
Sabtu, 22 September 2018
Film The Walk (2015), Meniti Impian di Puncak Dunia
Official Poster |
Waktu
Indi ngasih film ini, dia hanya bilang kalau ini adalah kisah nyata. Sejujurnya
perkataan tersebut tidak begitu membangkitkan minatku untuk menonton karena
kedengarannya film ini akan sangat membosankan. Terlebih dengan durasinya yang
nyaris dua jam. Dari covernya bisa dilihat sepertinya ini memang berkisah
tentang artis akrobatik yang menaklukan dua buah gedung pencakar langit diatas
seutas tali.
Akhirnya
pada suatu waktu, aku menyempatkan diri untuk menonton film ini dengan penuh
konsentrasi. Diluar dugaan aku malah menyukai film ini. Film ini jauh dari kata
bosan yang selalu aku bayangkan. Setelah selesai menonton, aku baru tahu bahwa
film ini disutradarai oleh Robert Zemeckis. Kalau dari awal aku sudah tahu
bahwa beliau yang menyutradarai film ini, mungkin aku tidak akan menunda-nunda
untuk menontonnya.
Film
ini berkisah tentang Phillipe Petit, seorang artis akrobat asal Perancis yang
memiliki ambisi untuk berjalan diatas tali secara illegal diantara dua twin tower legendaris, yaitu World Trade
Center. Selain menceritakan kisah sang artis, film ini juga sekaligus untuk
mengenang gedung WTC yang telah hancur pada 11 September 2001 silam. Di waktu berdirinya,
bangunan tersebut memiliki masa kejayaannya sebagai bangunan tertinggi di
dunia.
Pemilihan
aktor Joseph Gordon-Levitt sebagai pemeran Phillipe Petit emang ga keliru.
Levitt sendiri telah dilatih oleh Phillipe Petit dalam workshop delapan hari. Hal
itu berbuah pada keberhasilannya untuk meniti diatas tali pada ketinggian 10
kaki.
Phillipe Petit diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt |
Berjalan
diatas tali bukanlah hal yang mudah, butuh keseimbangan, konsentrasi serta
persiapan mental untuk melakukannya. Semua itu tidak terlepas dari pikiran yang
positif. Hal itulah yang mungkin berusaha ditanamkan oleh sang legenda akrobat
kepada semua orang. Tentunya yang memukau dari film ini adalah dukungan
teknologi sinema 3D dan IMAX yang membuat kita seolah-olah ikut merasakannya.
Sangat disayangkan aku tidak menontonnya di bioskop. Film ini pastinya akan
sangat terasa indah sekaligus menegangkan jika ditonton dengan layar yang besar.
Meskipun
memiliki durasi dua jam, Robert Zemeckis benar-benar pandai mengemas
keseluruhan perjalanan sang artis
dengan baik dan mudah dinikmati. Levitt selaku bintang utama dibiarkan menjadi
seorang narator yang mengisahkan perjalanan tersebut dengan gaya bicara yang
interaktif. Penceritaannya nampak tak bertele-tele. Semua adegan terlihat
mengalir begitu saja.
Klimaks
yang paling ditunggu dalam film ini adalah saat pelaksanaan eksekusi rencana
yang sudah dipersiapkan selama kurang lebih enam tahun ini. Pada tahun 1974, Phillipe
Petit benar-benar mewujudkan penitiannya diatas langit. Ambisi seorang Petit
menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa tidak ada satu hal pun yang tak bisa
digapai jika kita mau berusaha dan pantang menyerah. Ada begitu banyak kendala
yang ditemuinya, tetapi karena kegigihannya ia berhasil mengatasi hal tersebut
meskipun harus diiringi resiko baru lagi.
Meniti Tali di Puncak Dunia |
Seandai
Indi tak pernah memberitahu atau mungkin aku tak pernah menyimak bagian pembuka
film ini, mungkin aku tidak akan pernah tahu bahwa ini adalah kisah nyata.
Kisah ini terkesan fiktif namun sebagian besar kejadian memang benar adanya.
Dimulai dari menyamar sebagai pekerja konstruksi, aksi telanjang bulat, kaki
yang terinjak paku dan masih banyak lagi. Tapi menurutku disitulah letak
kesuksesan seorang Robert Zemeckis dalam menyutradarai fim ini. Ia mampu meramu
film ini menjadi tontonan yang menarik dan jauh dari kata bosan, sehingga
penonton bisa larut dalam ceritanya. (Ai)
Sup Mirip Teh di Film Rosemary’s Baby (1968)
Kali
ini aku mau bahas salah satu makanan dari film horor Rosemary’s Baby yang rilis tahun 1968. Mungkin film ini emang udah
jadul banget dan pemainnya sekarang udah pada tuir banget. Tapi tetap aja, menurut aku ini adalah
salah satu film terbaik sepanjang masa. Aku yakin, para pecinta film pasti
masih banyak yang memburu film ini.
Aku
mau nunjukin salah satu adegan hidangan yang diberikan ke Rosemary pasca
melahirkan. Dalam satu nampan kelihatan tersaji dua potong roti bakar yang
dibelah secara horizontal bersama
semangkuk sup berwarna coklat kemerahan. Sepintas kelihatannya seperti air teh.
Perasaan aku sering nemu menu sup semacam ini di beberapa film bule. Kali-kali
ada orang lain yang sama penasarannya.
Salah Satu Cuplikan Sup Mirip Teh |
Buat
yang profesinya koki atau chef di restoran dan hotel berbintang mungkin bisa
langsung nebak namanya apaan. Begitu juga dengan beberapa murid dan mahasiswa/i
yang pernah kuliah tata boga dan food
& beverage. Soalnya makanan ini tuh salah satu basic soup yang wajib dipelajari, yaitu consommé soup.
Consommé
asalnya dari negara Perancis. Dibuat dari saripati tulang/ daging (umumnya ayam
atau sapi), bawang putih, thyme, mirepoix
(seledri, bombay dan wortel), putih telur, serta beberapa bahan tambahan lainnya
supaya rasa, warna dan aromanya makin oke.
Semua
bahan direbus dengan besaran temperatur api yang berbeda-beda supaya saripatinya
keluar dan airnya ga keruh. Setelah itu, sup disaring dan siap pakai. Sop yang
satu ini bisa juga disimpan di lemari pendingin buat diolah lain waktu.
Nah,
kebetulan nih dalam film ini si Rosemary kan emang didiagnosa mengalami postpartum. Itu loh semacam kondisi
depresi berat setelah melahirkan. Emang katanya untuk orang dengan kondisi begitu
harus dikasih makanan yang bergizi dan mudah dicerna. Makanya sup consommé ini emang pas banget buat doi
yang kerjaannya was-was sama histeris melulu di sepanjang film.
Oke
deh, sampai disini dulu. Semoga tulisan ini cukup menghibur dan menambah
sedikit wawasan di bidang kuliner. Jangan lupa filmnya ditonton, biar tahu keseruan
ceritanya. (Ai)
Rabu, 19 September 2018
PENGALAMAN PUTING GATAL DAN BERNANAH (Bukan Topik Terlarang)
Ilustrasi Gatal pada Puting |
Kali ini aku mau share salah satu penyakit yang pernah aku alamin pada tahun 2011.
Waktu itu aku masih kuliah di perguruan tinggi Bandung dan untungnya kegiatan
perkuliahan ga terlalu padat karena ada pekan kesenian mahasiswa.
GEJALA
AWAL
Udah beberapa minggu aku ngerasa gatel
di bagian (maaf) kedua putingku. Aku yang ga tahan akhirnya menggaruk bagian
tersebut. Eh, semakin lama semakin gatal aja tuh dan aku semakin semangat
menggaruk. Alhasil terjadi lecet dibarengi rasa perih dan gatal yang silih
berganti.
Makin lama, putingku berkoreng dan
keraknya tebal banget. Bentuk putingku udah ga karuan dan menurutku menjijikan.
Teman sekamarku di asrama ampe ngernyit dahinya kalau aku perlihatkan area
tersebut. Udah gitu keluar nanah pula. Kalo pake bra sampai lengket waktu mau
dilepas. Aku telpon mamaku dan disuruh beli sofra-tulle semacam kassa tempel
sama disuruh beli salep kalmicetine juga. Tapi ga kunjung sembuh.
Aku nyoba cari informasi ke mbah google,
malah nyasar ke artikel indikasi tumor atau kanker payudara. Semakin ngeri, aku
akhirnya memutuskan pergi ke salah satu rumah sakit negeri yang ada di Bandung.
Waktu itu aku pake asuransi negeri sebut saja yang mereknya AN. Prosedurnya ga
bisa langsung ke dokter spesialis kulit & kelamin, tapi harus ke internis
(bagian penyakit dalam). Baru dari sana, dokter internis lah yang berhak
menentukan aku bisa dilempar ke bagian apa.
Lalu, dokter ini ngasih aku obat-obatan
diminum saja, kalau ga sembuh ya balik lagi. Salah satu obatnya yang kuingat
itu namanya Aerius. Ternyata aku ga kunjung sembuh dan malah badanku
gatal-gatal dan merah-merah (kayaknya aku alergi sama salah satu obatnya).
Aku balik lagi dan disuruh USG payudara.
Bayangkan! USG payudara! Dimana area sensitif kalian akan ditekan dengan sebuah
alat yang meluncur di permukaan payudara yang sudah diberi pelumas. Bayanginnya
ngilu sodara-sodara!
Sepanjang tindakan USG rasanya ga nyaman
dan benar aja geli dan ngilu. Dokternya
juga marah-marah pula karena aku jerit-jerit dan ga bisa diam. Sayangnya, biaya tindakan USG ga di cover sama asuransi, jadi aku harus
merogoh kocek sekitar beberapa ratus ribu. Agak lupa harganya mungkin 300 atau
400 gitu dan aku harus ngutang dulu sama temanku (sekarang udah lunas kok
utangnya). Udahan gitu menurut hasil USG sama sekali ga ada indikasi tumor atau
kanker. Cukup lega walau sedih juga udah keluar uang gede. T_T
Akhirnya dokter internis baru memutuskan
aku dirujuk ke bagian spesialis kulit dan kelamin (ya ampun dari kemaren, kek).
Sebelumnya dia sempet bilang ada kemungkinan harus biopsy. Buat yang ga tau
biopsy itu apa, kira-kira itu tindakan pengambilan sample jaringan untuk
diperiksa di laboratorium. Makin ngeri aja deh aku. Apesnya waktu itu aku ga
ketemu-ketemu sama dokter spesialis kulit karena kesorean lah, dokternya cuti
lah, ini lah itu lah. Badanku mana panas dingin, kudu naik angkot, naik turun
tangga asrama. Intinya Hayati udah lelah menunggu dan memutuskan untuk menyebar
rahasia kepada semua orang yang ditemui dengan harapan dapat solusi.
Mereka suruh aku pake beha bidadari lah (benda
apa itu??). Terus abon ikanku diambil seseorang karena dia bilang “Kamu lagi ga
bisa makan ini kan? Buat saya saja, ya?” ada juga yang bercandain “Garuk aja
pake pisau!” (oke yang ini udah ga lucu) dan masih banyak nasehat menyesatkan
lainnya.
PULANG
KE RUMAH DAN BEROBAT KE DOKTER LAIN
Singkat cerita. Aku menderita selama kurang
lebih dua minggu, klo ngampus kadang aku ampe ga pake bra dan nunduk-nunduk malu
takut ada yang tahu. Akhirnya aku pulang ke rumah di Tangsel dan dibawa berobat
ke klinik dekat rumahku. Sama dokter yang ini aku disuruh kompres bagian areola
menggunakan kassa dan rivanol sampai korengnya lembek dan bisa dikupas. Kata bu
dokter korengnya emang harus dikupas karena itu penyebab nanahnya.
Setelah aku lakukan saran bu dokter,
kukira aku udah nemu dokter penyelamatku. Tapi ternyata korengku ga
sembuh-sembuh. Aku sampai nangis-nangis karena putus asa, karena aku pikir
sampai dua orang dokter bahkan ga bisa bantu aku sembuh.
AWAL
KESEMBUHAN
Benoson-N, Salep Penyelamatku |
Tiba-tiba mamaku nyodorin sebuah salep
yang harganya cuma 10 ribu. Mereknya Benoson N. Aku yang udah putus asa dan pergi
ke dokter bolak balik ya mana yakin pake salep murmer begitu bisa sembuh.
Dengan berat hati aku tetap ngolesin salep itu walau sebenarnya udah hopeless banget. Tak disangka-sangka
pemirsah! Ternyata dalam beberapa jam saja saya langsung merasakan efeknya!
Koreng yang selama berminggu-minggu menebal dan retak-retak bernanah
berangsur-angsur jadi lembek.
Menurut aturan pakai, aku harus pakai 3
kali sehari untuk pengobatan. Ya, kuturutin aja petunjuknya. Hanya dalam sehari
rasa gatal dan perih reda seketika. Besoknya aku udah bisa pake bra
dengan nyaman.
Demikian pengalaman dari saya wahai para
pembaca yang budiman. Penyakit yang saya kira awalnya adalah santet, ternyata
bisa sembuh dengan salep seharga 10 ribu rupiah saja. Katanya sih penyakit ini
emang sering dialamin sama orang yang punya riwayat alergi (kebetulan aku
memang punya alergi).
Ohya, penyakit ini juga masih suka balik
lagi kalo musim kemarau XD tapi ya aku punya senjatanya, yaitu pake salep yang
ada kandungan betamethasone-nya. Dulu pernah juga sempat konsul ke rumah sakit
negeri yang ada di Jakarta Selatan dan dikasih dua jenis salep (aku lupa
satunya merek apa), tapi yang satunya merek ezerra (ada gambar boneka
beruangnya). Aku sempat mikir seandainya aku ketemu dokter ini duluan mungkin
aku ga perlu keluar uang banyak dan menderita berminggu-minggu. Oke, deh sekian
dulu informasi dari aku. Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian yang sedang
mengalami hal sama. Salam sehat! (Ai)
Label:
ai,
experience,
informasi,
kesehatan,
medis,
pengalaman,
pengobatan,
saran
Selasa, 18 September 2018
Menebak Nama Makanan di Film Wallace and Gromit dan Shaun the Sheep
Menu Bangers and Mash
Pernah ga sih kalian merasa penasaran
sama makanan yang ada di suatu film baik animasi atau live action? Jika pernah,
maka kalian sama dengan aku yang sempat penasaran dengan kesamaan menu di serial
TV Shaun the Sheep berjudul “The
Magpie” (season 2, episode 31) dan Wallace and Gromit: a Matter of Loaf and
Death. Menariknya, kedua film ini memang sama-sama besutan
Aardman Animations yang terkenal dengan animasi bergaya stop motion. Nah, ini
yang membuat aku berpikir bahwa makanan yang dimakan Wallace dan Mr. X (Shaun the Sheep) kemungkinan ada di
dunia nyata.
Mr. X (kiri) dan Wallace (kanan) sedang menyantap makanan aneh
Sepintas jika kita lihat, makanan
tersebut nampak seperti sosis yang ditancap ke dalam gundukan krim. Setelah aku
melakukan pencarian, sepertinya aku udah menemukan nama menu yang dimakan oleh
kedua karakter tersebut, yaitu Bangers and Mash.
Menurut Wikipedia, Bangers and Mash atau
yang juga dikenal Sausage and Mash adalah menu tradisional di Inggris Raya dan
Irlandia. Jenis sosisnya bisa dari daging apa saja, baik itu babi, sapi dan
domba. Umumnya makanan ini disajikan bersama mash potato (kentang tumbuk) dan jenis kacang-kacangan (polong) dan
disiram dengan onion gravy (sari kuah
dari bawang bombay). Akan tetapi, makanan yang tampak di kedua film tersebut
nampak hanya berupa sosis dan kentang tumbuk saja.
Hal lain yang menguatkan adalah Aardaman
Animations merupakan studio animasi yang berasal dari Inggris, sehingga
memiliki kaitan erat dengan menu yang satu ini.
Oke kira-kira begitu pembahasanku soal
hidangan yang dulu sempat kukira es krim sosis itu. Semoga info kali ini cukup
menghibur. (Ai)
Langganan:
Postingan (Atom)