Minggu, 10 Desember 2017

Sebuah Catatan Tentang Toward the Terra

Official Cover


Tentang Terra

Toward the Terra (Menuju Terra) atau disebut dengan Terra e… di negeri asalnya Jepang, merupakan manga klasik begenre science-fiction yang diterbitkan tahun 1977. Hingga berakhir pada tahun 1980, Toward the Terra telah terbit sebanyak 3 volume. Sekitar penghujung 1979, kisah ini mendapat adaptasi animasi layar lebar. Di tahun 2007, serial ini kembali diangkat ke layar kaca sebagai serial anime sepanjang 24 episode. Meski sudah dianimasikan dengan teknologi terbaru, desain karakternya tetap bergaya retro, membuatnya berbeda dari anime-anime lainnya.

Tahun 1977 memang eranya science-fiction luar angkasa. Star Wars Saga yang melegenda hingga kini pun lahir di tahun yang sama. Toward the Terra tidak ketinggalan menjadi anggota rombongan menyemarakan demam science-fiction dunia, khususnya di Jepang.

Suatu hal yang menarik, manga yang masih bergenre Shounen ini ditulis dan digambar oleh seorang perempuan bernama Keiko Takemiya, di saat pasar manga science-fiction Jepang dipenuhi oleh nama-nama laki-laki. Sebut saja penulis yang paling tersohor seperti Osamu Tezuka (Astro Boy, 1952) atau Leiji Matsumoto (Space Pirate Captain Harlock, 1977). Perspektif penulis perempuan sudah pasti menyumbang pengalaman yang berbeda saat membaca karya manga dengan genre yang paling banyak disukai laki-laki seperti science-fiction.


Drama Luar Angkasa Tentang Membangun Keluarga

Jomi Marquis Shin dan Koloni Mu
Secara garis besar, Toward the Terra berkisah tentang keruntuhan kehidupan sosial manusia. Di saat bumi sudah mulai tak bersahabat untuk ditinggali, manusia membuat bahtera jelajah antariksa dan pindah ke planet lain. Namun, meski  manusia berhasil menemukan rumah baru, anak cucu mereka akan tetap berulah hingga menjadi hama baru di planet lain. Maka timbulah sebuah tekad. Sebelum meninggalkan Terra—sebutan bumi dalam kisah science-fiction—manusia membuat sebuah supercomputer dan ditanam di dasar terdalam Terra. Komputer berkecerdasan buatan bernama Superior Dominance tersebut kemudian membimbing anak cucu manusia selama beratus-ratus tahun ke depan, menentukan harkat hidupnya serta membuat model kehidupan sosial “ideal” berdasarkan perhitungan komputer.

Toward the Terra mungkin juga adalah gambaran ekstrim tentang hilangnya nilai keluarga dalam kehidupan manusia. Di bawah Superior Dominance, manusia tidak lagi diperbolehkan beranak secara biologis. Generasi baru lahir dengan rupa dan kecerdasan sempurna dalam tabung di sebuah laboratorium, kemudian menunggu untuk diadopsi keluarga baru yang telah diseleksi ketat. Selepas usia 14 tahun, mereka harus pergi dari sisi keluarga, dipaksa melupakan masa kecilnya, lalu bergabung dalam rombongan elit untuk mengabdi pada ras manusia. Lingkungan sosial dewasa didoktrin untuk melupakan eksistensi orang tua dan berpedoman pada langkah perhitungan supercomputer.

Rantai peristiwa timbul saat percobaan bayi tabung justru melahirkan manusia yang berevolusi. Sebuah ras manusia berkekuatan psychic tidak sengaja lahir. Meskipun berkemampuan super dan berusia super panjang, mereka lahir dengan keterbatasan fisik berbeda-beda, ada yang tidak dapat mendengar, berbicara, melihat, sampai kelainan organ dalam. Mereka yang berjulukan Mu ini kemudian membentuk koloni rahasia, menyelamatkan dan mengumpulkan generasi baru Mu yang hendak dibasmi Superior Dominance. Para Mu memiliki satu harapan, pulang bersama-sama ke Terra yang sama sekali belum pernah mereka lihat, sebuah planet yang menurut cerita sangat indah asal ras manusia.

Tokoh utama dalam kisah ini bernama Jomy Marquis Shin. Kehidupan Jomy berputar 180 derajat selepas ulang tahunnya ke 14. Setelah terdeteksi bahwa ia seorang Mu, Jomy diselamatkan oleh pria misterius bernama Blue. Awalnya Jomy menolak kenyataan bahwa dirinya adalah Mu, namun hal itu berubah ketika Jomy membaca pikiran Blue.

Jomy kemudian memahami bahwa Blue adalah Mu yang telah hidup sejak hidup ratusan tahun silam. Sadar usia hidupnya tak lagi lama, Blue meminta Jomy menggantikannya sebagai “bapak” pemimpin koloni Mu yang terombang-ambing selama ratusan tahun di luar angkasa.

Retro style
Setelah melewati serangkaian peristiwa, Jomy pun naik menggantikan Blue yang sekarat. Barulah ia menyadari bahwa dirinya bukan Mu biasa, sebab ia lahir dengan fisik sempurna. Jomy bekerja keras menjadi mercusuar bagi para Mu lainnya. Meski secara fisik ia tidak tumbuh tua, mentalnya tumbuh dari seorang anak remaja bandel menjadi lelaki dewasa. Dibantu seorang Mu perempuan buta bernama Phisis, Jomy mengajak para Mu melupakan manusia dan pergi ke planet Nazca untuk membangun hidup baru sebagai keluarga besar. Ia bahkan mendorong para Mu muda untuk menaggalkan doktrin yang melarang bercinta dan berketurunan.

Kebahagiaan mulai sirna dan beralih ke ambang perang. Saat planet Nazca terdeteksi Superior Dominance, pertikaian antara Mu dan kelompok elit tak terelakan hingga membunuh sebagian besar Mu di planet Nazca. Tony, seorang anak Mu berkekuatan spesial muncul ke hadapan Jomi dan meyakinkannya menuntut balas. Jomi lantas harus berhadapan dengan musuh bebuyutannya, Keith Anyan, seorang elit manusia yang lahir dan besar di dalam gelas kaca dan tidak pernah mengenal keluarga.


Catatan Akhir

Jomi dan Keith
Secara keseluruhan judul ini tidak ubahnya cerita-cerita science-fiction luar angkasa kebanyakan. Meskipun demikian, Toward the Terra memiliki nafasnya sendiri. Ia mereproduksi kisah kaum tak bertanah yang dizalimi system politik dan kepercayaan, sembari membawakan cerita tentang pendewasaan seorang anak yang ingin membangun kembali keluarga dan harapan. Bagi negara Jepang, kondisi kedewasaan ini sangat faktual, mengingat berbagai macam tanggung jawab dan tuntutan yang mungkin disodorkan kepada anak selepas usia 14 tahun di masa itu.

Keunikan alur cerita Toward the Terra ialah skop temporalnya yang sangat panjang. Sejak perkenalan tokoh utama hingga resolusi konflik, membutuhkan waktu puluhan tahun. Keith Anyan bahkan memburu Mu sejak ia keluar dari gelas kaca di usia remaja hingga menjadi panglima di usia senja. Kejar-kejaran antara Mu yang dipimpin Blue dengan Superior Dominance pun memanjang sampai ratusan tahun.

Keunikan ini memberi sentuhan dramatis terutama pada kisah-kisah luar angkasa. Di dalam sebuah ruang maha-besar bernama antariksa, waktu adalah relatif dan kehilangannya dapat menimbulkan efek tragis. Siapa sih yang tidak tersentuh menonton perjalanan antariksa yang memakan waktu puluhan tahun seperti di film Interstelar besutan Christopher Nolan. Waktu puluhan hingga ratusan tahun di laur angkasa itu pula cukup untuk mengembangkan karakter-karakter cerita yang kuat dan berpendirian. (Ind)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar