Official Poster |
Butuh waktu beberapa lama sampai saya sadar kalau John Wick punya
ramuan khas sendiri. Ketimbang kisah jagoan yang membasmi sindikat organisasi
rahasia dan jatuh hati pada mata-mata perempuan, saya melihat cerita John Wick
lebih banyak berkutat pada perjuangan seorang pria keluar dari lingkaran organisasi
rahasia para pembunuh bayaran yang pernah membesarkan namanya. Ramuan ini menjadikan JW selalu menarik diikuti.
Sebab, penonton pun pasti ingin tahu kenapa ia bersikeras keluar dan bagaimana caranya sang pemeran
utama membebaskan diri dari aturan-aturan yang berlaku di dunia kriminal kelas kakap. Ditambah lagi, JW menyuguhkan koreografi perkelahian yang menurut saya elegan, boleh dibilang seperti orang yang sedang menari sembari menembak. Tidak
heran, selepas seri originalnya, John Wick: Chapter 2 digadang sebagai salah
satu sequel film terbaik di tengah film-film sequel gagal dari film-film aksi
kriminal terkenal, seperti Taken 2 dan 3.
John Wick 1: Kembali ke Dunia Hitam
Sesuai judulnya, JW berkisah mengenai pensiunan pembunuh
bayaran legendaris The Boogeyman yang memiliki nama asli Johnathan Wick (Keanu Reeves). Masa pensiunnya terpaksa dilalui
sendirian dalam duka setelah istri tercintanya sekaligus keluarga satu-satunya
meninggal akibat penyakit kronis. Suatu hari, seekor anak anjing tiba di depan pintu
rumahnya. Ternyata, sang istri meninggalkan wasiat untuk menghadiahi John teman
anak anjing bernama Daisy agar John bisa belajar mencintai lagi dan memulai
hidup baru.
John bertemu anak anjing Daisy |
Sedari bagian prolog film bergenre neo-noir ini, rasanya seperti ada yang mengiris-iris bawang di
depan muka saya. Siapa sangka, film yang saya kira ‘macho’ bakal dibuka dengan
air mata yang berlinang-linang dari seorang pria yang tengah menggendong anak
anjing. Setelah itu, John dan Daisy pun cepat akrab dan tak terpisahkan.
Malangnya, suatu malam John mendapati anak anjing kesayangannya
dibunuh oleh sekelompok gangster Russia yang menyusup ke dalam rumah untuk
mencuri mobil antiknya. Akibatnya, 'monster' dalam diri John Wick pun bangkit
kembali untuk menuntut balas. Bagi John,
segala sesuatu punya harga yang harus dibayarkan, samas seperti halnya nyawa juga harus dibayar dengan nyawa. Maka, dimulailah
pengejaran John untuk membunuh Iosef Tasarov (Alfie Allen), si ketua geng Russia
pembunuh Daisy.
Jalan terjal tak hentinya menghadang misi perburuan John saat
terkuak bahwa Iosef si anak papa ternyata merupakan putra dari seorang ketua
sindikat kriminal Russia terbesar di New York yang bernama Viggo Tasarov (Michael Nyqvist). Ini artinya, mau tidak mau John
harus kembali masuk ke dalam lingkaran organisasi rahasia yang pernah mati-matian ia tinggalkan. Ia pun memulai
perburuannya dengan mengunjungi kawan lamanya yang bernama Winston (Ian McShane),
seorang boss sindikat yang merangkap pemilik sekaligus manajer Hotel Continental di New York.
John berhasil menembak Iosef |
Uniknya, lingkaran organisasi rahasia dalam film ini ibarat
dunia lain yang mirip dengan dunia biasa dengan sedikit perbedaan hukum dan
sistem. Dunia kriminal ala John Wick memiliki layanan kesehatan, bengkel mobil,
jasa pembersih mayat, toko senapan, penjahit baju anti peluru, bahkan penginapan untuk para pembunuh bayaran yang bernama
Hotel Continental. Meskipun demikian, uang biasa tidak berlaku di sini. Sebagai
gantinya mereka bertransaksi menggunakan koin emas yang tidak diketahui berapa
nominal satuannya.
Saya jadi ingat tentang mata uang dunia maya yang bernama
bit coin. Meskipun banyak yang mengakuinya sebagai nilai tukar yang legal,
tetapi juga tidak kalah banyak digunakan para kriminal untuk bertransasksi membeli barang-barang ilegal dan jasa pembunuh bayaran di dalam ruang maya Dark Web. Menurut kabar, satuan mata uang ini cukup
sulit dilacak dan memiliki nilai tukar yang besar. Satu bit coin saja konon setara
dengan 100 juta rupiah.
John Wick 2: Hukum dan Hutang
Sebagaimana kisah John Wick pertama, alur cerita John Wick:
Chaper 2 pun masih berputar di sekitar John Wick yang tak hentinya tersedot ke
dalam kegiatan organisasi rahasia. Kali ini, John terlilit hutang pada seorang pejabat
sindikat kriminal Camorra bernama Santino D’Antonio (Riccardo Scamarcio).
Namun, bukan hutang barang atau uang tentunya. Hutang yang dimaksud ialah
hutang budi.
Dahulu, agar bisa keluar dari organisasi, John meminta bantuan kepada
Santino. Sebagai gantinya, John memberi Santino sebuah marker berupa compact disk
bergambar tengkorak yang berisi cap darahnya sendiri. Menurut tradisi, seorang pemegang
marker seperti Santino berhak meminta
apapun kepada sang pemberi marker yang
telah membubuhkan cap darahnya. Menolak permintaan pemegang marker artinya John sudah harus siap
diburu dan eksekusi. Dengan berat hati, John pun mengiyakan permintaan Santino.
Marker bukti kesepakatan John dan Santino |
Sialnya, Santino malah meminta John membunuh saudari
sekaligus pesaingnya yang bernama Gianna D’Antonio (Claudia Gerini). Konflik menjadi
semakin pelik dan menyulitkan bagi John, lantaran Santino malah berbalik
mengejarnya dengan alasan menghormati tradisi mafia Italia yang wajib menuntut
balas kematian keluarganya. Meski pembunuhan saudarinya merupakan ide Santino
sendiri, ia tetap membuka perburuan kepala John Wick dengan imbalan 7 juta
dolar kepada seluruh pembunuh bayaran yang berada di New York.
Dibandingkan seri pertamanya, John Wick: Chapter 2
mengeksplorasi lebih dalam hukum dan cara kerja dunia kriminal kelas kakap secara
fiksional. Meskipun fiksi, sebenarnya apa yang disajikan hanya berkaca pada
cara kerja organisasi rahasia di dunia nyata. Melalui Chapter 2, penonton
dibawa untuk membayangkan struktur dan cara kerja organisasi rahasia seperti
Freemason, sindikat kriminal Italia, dan Ordo-Ordo Kesatria di Eropa. Bahkan
julukan Camorra sendiri sebenarnya julukan asli mafia Italia di Naples.
Layaknya secret
society tersebut, organisasi-organisasi rahasia dalam JW juga banyak
menggunakan simbol berupa tulisan atau lambang. Tak hanya simbol saja yang
seringkali “disembah”, janji dan aturan pun harus selalu ditaati. Menurut Winston,
setidaknya ada dua aturan sakral untuk semua anggota organisasi, yaitu tidak boleh
membunuh di Hotel Continental di seluruh dunia dan setiap marker harus dihormati. Apabila melanggar salah satu aturan ini, seorang
anggota organisasi sudah harus siap meregang nyawa, tidak peduli apa pangkatnya.
Winston menjelaskan dua aturan yang tidak boleh dilanggar kepada John |
Dengan segala aturan tersebut, bagaimana caranya John Wick
bisa benar-benar pensiun dari pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran? Yah,
inilah yang menurut saya membuat film ini menjadi menarik. Ditambah lagi di
penghujung Chapter 2, saking kesalnya dipermainkan, John sampai kelepasan
membunuh Santino di dalam bar Hotel Continental New York. Ia pun terpaksa ditetapkan
sebagai Ex-communicado oleh Winston dan diberi kesempatan selama 1 jam untuk
kabur sebelum pembunuh bayaran dari seluruh dunia memburunya.
Ketegangan ini akan dilanjutkan ke seri selanjutnya yang bertajuk John Wick 3: Parabellum pada tahun 2019 mendatang. Saya pun jadi tidak sabar menantinya. (Ind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar